5. inklusi keuangan dan pemberdayaan umkm terpencil
umkm di daerah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau pelayanan perbankan tradisional kini bisa mengakses layanan keuangan digital. hal ini membantu pengangkatan ekonomi lokal dan merata di seluruh wilayah indonesia.
hambatan yang dihadapi umkm dalam mengadopsi pembayaran digital
1. literasi digital dan keuangan yang terbatas
banyak pelaku umkm belum terbiasa dengan teknologi digital. mereka mungkin tidak memahami cara mengoperasikan qris, penggunaan dompet digital, atau memahami risiko keamanan transaksi digital. kurangnya pelatihan atau ketidakpastian terhadap keamanan menjadi hambatan.
2. infrastruktur teknologi yang tidak merata
wilayah rural atau terpencil sering mengalami kendala koneksi internet yang lambat atau tidak stabil. ketersediaan perangkat seperti smartphone atau perangkat penerima pembayaran qr kadang belum memadai. tanpa infrastruktur mendukung, inovasi pembayaran digital sulit diimplementasikan secara optimal.
3. biaya & margin yang dirasakan
walau banyak biaya transaksi yang kecil atau subsidi dari regulator, beberapa umkm merasakan bahwa potongan biaya atau komisi ke penyedia layanan masih mengurangi margin keuntungan, terutama untuk usaha dengan harga jual rendah atau volume kecil.
4. sikap dan kebiasaan tradisional
perubahan budaya transaksi yang sudah berakar --- seperti pembayaran tunai --- sulit digantikan. pelanggan dan umkm sendiri kadang memiliki kebiasaan lama, cenderung memilih transaksi kontan karena dianggap lebih mudah atau "lebih aman". resistensi terhadap perubahan juga muncul dari kurangnya kepercayaan teknologi.