Bagian 5: Musuh Dalam Selimut
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan perubahan yang dilakukan Guntur mulai terasa. Budaya perusahaan mulai bergeser: tidak lagi mengagungkan penampilan, tapi menghargai kinerja dan integritas. Beberapa karyawan lama mulai kembali termotivasi, termasuk Ronald, yang perlahan menunjukkan dedikasi nyata.
Namun, perubahan yang terlalu cepat selalu memunculkan gesekan.
Di balik layar, beberapa anggota komisaris lama---terutama Pak Darwis, mantan tangan kanan pemilik sebelumnya---mulai resah.
"Anak ingusan itu mau membalik semua sistem yang kita bangun bertahun-tahun!" geram Pak Darwis dalam sebuah pertemuan tertutup dengan dua orang loyalisnya.
Ia tahu tentang wasiat Pak Mulya raharja, tapi juga tahu satu hal yang Guntur belum sadari: ada celah hukum yang bisa membatalkan kepemilikan saham Guntur, jika dicabut melalui voting internal.
Pak Darwis mulai menyusun rencana: menyuap sebagian pemegang saham minoritas, memanipulasi laporan keuangan, dan menciptakan skandal yang bisa menjatuhkan nama Guntur di media.
Sementara itu, di kantor pusat, Guntur mendadak menerima dokumen laporan keuangan yang tidak sesuai. Angka pemasukan dan pengeluaran tidak sinkron. Ia memanggil kepala keuangan.
"Ada yang kamu sembunyikan?" tanya Guntur, menatap langsung ke mata Sang manajer.
"Tidak, Pak. Saya... hanya ikuti perintah Pak Darwis," jawabnya, gemetar.
Guntur diam. Ia mengambil dokumen tambahan dari lacinya, lalu mengunci pintu ruangannya.