ia menulis wasiat rahasia: menyerahkan sebagian besar saham perusahaan kepada Guntur, anak angkat tak resmi yangÂ
dianggapnya sebagai putra sendiri.
Namun, setelah Pak Mulya raharja meninggal, dewan komisaris menyembunyikan wasiat itu. Mereka memilih meneruskan perusahaan secara oligarki, menguntungkan kelompok mereka sendiri.
Yang tidak mereka tahu, Guntur menyimpan salinan wasiat itu---dan setelah dewasa, dengan bantuan penasihat hukumÂ
almarhum, ia membeli perlahan saham-saham perusahaan melalui jaringan lain, hingga akhirnya resmi menjadi pemegang saham mayoritas.
Bu Marina menatap Guntur dengan mata berkaca. "Kami... salah besar, Pak. Kami kira Anda hanyaÂ
'pendatang tak tahu diri'. Maafkan kami."
Guntur menatap keluar jendela.
"Saya tak butuh permintaan maaf. Saya butuh perubahan."
Di layar monitornya, Guntur membuka folder bertuliskan: "Restrukturisasi Total".
Ia tahu, langkahnya belum selesai. Masih banyak yang harus dibenahi. Perusahaan itu bukan hanya ladang bisnis, tapi juga