Bagian 3: Daftar Hitam dan Peluang Kedua
Setelah pidatonya yang menohok, suasana kantor PT Karyatama Abadi berubah drastis. Banyak yang mulai saling berbisik,Â
mencoba mengingat apa yang pernah mereka katakan tentang Guntur saat ia datang sebagai "pelamar miskin."
Ronald nyaris tak berani keluar dari ruangannya. Ia ingat betul semua hinaan yang ia lontarkan---tanpa filter,Â
tanpa pikir panjang.
Sementara itu, di ruang direktur utama, Guntur duduk tenang bersama sekretaris pribadinya.
"Pak, ini daftar nama-nama yang bersikap buruk saat Bapak datang menyamar. Termasuk yang terang-teranganÂ
menghina," ujar sekretarisnya sambil menyerahkan selembar kertas.
Guntur menatap lembaran itu. Di sana ada nama Ronald, Pak Robby, dan beberapa staf HRD yang waktu itu melecehkan
 penampilannya. Ia tidak terlihat marah---hanya tenang, nyaris datar.
"Berapa dari mereka yang punya kompetensi bagus?" tanya Guntur.