Mohon tunggu...
Binar Kharisma Valentina
Binar Kharisma Valentina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya suka badmintoon dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying Sering Terjadi di Lingkungan Sekitar Bahkan Saya Sendiri Menjadi Korban Bullying

12 Maret 2024   20:49 Diperbarui: 12 Maret 2024   20:58 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus bullying merupakan hal yang sudah tidak asing lagi, kini tanpa disadari sebagian menjadi pelaku bullying dan sebagian menjadi korban bullying. Sama-sama kata bullying namun beda pemaknaan. Sebagai pelaku bullying merasa bahwa dirinya tidak melakukan bullying, terkadang ucapan secara verbal menjadi bahan lelucon tanpa disadari menjadi suatu bullying untuk korban. Banyak dari kita yang tidak sadar dengan hal itu, sebagai korban terkadang lelucon dapat menjadi suatu kata yang menyakitkan untuk dirinya. Bullying verbal lebih menyakitkan, namun bullying fisik lebih dari menyakitkan.

Saya mempunyai pengalaman waktu sekolah dasar menjadi korban bullying, karena bentuk hidung saya yang pesek tidak sama dengan lainnya yang mancung atau normal. Sempat merasa memiliki mental yang down karena teman-teman membuly saya. Saya sempat bertanya kepada orang tua saya perihal hidung saya yang tidak sama dengan orang lain. 

Orang tua saya menjawab dengan penuh semangat untuk saya. Setiap hari saya dikasih motivasi untuk tidak memikirkan perkataan teman saya dan menutup kuping ketika ada yang mengejek saya. Mungkin waktu dulu saya terlalu pendiam dan tidak berani melaporkan perihal bullying kepada pihak guru, hanya saya pendam dan simpan rapat-rapat. Toh teman saya mengejek saya juga disaat tidak ada guru, kalau ada guru ya mereka diam.

Saat itu mental saya benar-benar down dan mau cerita sama ibu terus menerus tetapi juga tidak tega karena ibu juga banting tulang untuk membiayai saya dan saudara kandung saya. 

Bagaimana ibu tidak banting tulang, saya sudah ditinggal bapak sejak duduk di kelas 1 SD. Setiap pulang sekolah saya hanya bisa menangis dikamar memikirkan omongan mereka. Suatu hari waktu saya dikamar ketahuan ibu kalau saya sedang menangis, dan bodohnya ketika ditanyai kenapa nangis saya menjawab tidak ada apa-apa. Mungkin ibu sudah tahu kalau saya berbohong dan menangis karena dibully saat di sekolah. Ibu memberi nasehat kepada saya untuk menunjukkan kehebatan saya dengan kemampuan yang saya miliki. 

Waktu demi waktu berjalan, saya selalu dipilih sekolah untuk mengikuti perlombaan baik akademik maupun non akademik. Dari itulah saya menunjukkan kepada pelaku bullying bahwa saya tidak selalu terpuruk dengan ejekan mereka. Bahwa sejak itulah saya mampu menunjukkan bahwa orang yang memiliki kekurangan dalam fisik tidak menghambat untuk berkarya dan berprestasi. Mereka yang tadinya suka membuly saya menjadi malu dan mulai berkurang dalam membully saya.

Dari hal tersebut kasus bullying memang sudah marak dari zaman dahulu, dari pengalaman yang sudah saa rasakan. Saya berharap saat ini ketika menjadi calon guru lebih peka dan jeli lagi terhadap pelaku bullying dan mencoba mengatasi kasus bullying agar korban tidak merasa down dan pelaku bullying merasa jera dengan perilakunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun