Mohon tunggu...
Bimantoro Widyadana
Bimantoro Widyadana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta | Kelas XI MIPA 2 | Absen 07

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Luar Hutan

1 Desember 2020   15:28 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: steamcommunity.com

"Iya, benar, sudah tenang saja." Ari meyakinkan Hasan. "Ayo, kita cari tempat istirahat lagi, masih malam ini."

Hasan dan Ari pun menemukan tempat istirahat yang aman dan berhasil untuk melihat matahari terbit lagi. Tetapi dengan tertinggalnya persediaan makan mereka, mereka sekarang harus memulai berburu untuk mendapatkan makanan.

Hasan menasihati untuk tidak memakan tanaman yang ada di hutan karena tidak tahu mana yang beracun dan mana yang tidak. Setelah berjam-jam mencari makan, mereka akhirnya menemukan rusa yang sedang sendirian di antara pohon-pohon tinggi menjulang.

"Ah!" teriak Ari ketika rusa yang ia sedang buru melarikan diri. "Gak kuat lagi aku, itu padahal binatang yang satu-satunya ada di sini,"

"Sudah, gak apa-apa, aku juga sudah gak kuat lagi berburu," jawab Hasan. "Kayaknya kita malam ini gak makan, masih tahan kan kamu?" tanya Hasan dengan lemas. "Kita istirahat saja dulu di sini sampai pagi, biar gak buang-buang energi lagi."

Menunggu cahaya pagi datang lagi rasanya seperti menunggu selama seabad. Kondisi mereka tidak semakin membaik saat bangun, untuk berdiri saja rasanya memerlukan seluruh tenaga, Ari juga mengeluh bahwa ia merasakan sakit kepala setelah bangun tidur.

Perasaan putus asa mulai mendatangi Hasan dan Ari. Hutan ini terlihat seperti tidak ada habis-habisnya. Dengan perut kosong dan mata buram, setiap langkah terasa berat sekali. Tapi mereka tetap teguh, mereka tidak mau perjalanan ini menjadi sia-sia. Setelah mempertaruhkan nyawa mereka untuk keluar hutan, mereka tidak mau berhenti di sini saja. Dan pada akhirnya, keteguhan mereka pun terbalas. Mereka melihat cahaya datang menyinari pohon-pohon gelap di hutan.

"Ari! Ari! Lihat tuh!" teriak Hasan dengan penuh kegembiraan sambil menunjuk cahaya tersebut. "Hahaha! Lihat, Ri!" Hasan dan Ari langsung berlari ke sumber cahaya. Pohon-pohon lebat hutan mulai menghilang semakin jauh mereka lari. Sinar matahari yang redup akibat dedaunan tebal sekarang mulai terang lagi. Setelah berlari sejenak, mereka akhirnya berhasil keluar hutan.

Pemandangan yang dilihat oleh Hasan dan Ari ketika keluar dari hutan tersebut pasti akan teringat sepanjang hidupnya.  Mereka melihat rumah-rumah yang tingginya berkali-kali lipat dari semua rumah yang pernah mereka lihat. Terlihat pula sebuah makhluk berkaki empat dengan kakinya yang berbentuk bulat melintasi jalanan dengan sangat cepat. Ari menengok ke kanan dan melihat sebuah papan besar dengan orang yang sedang bergerak-gerak di dalamnya. Hasan menengok ke atas dan melihat sebuah burung raksasa terbuat dari besi yang bisa terbang tanpa mengepakkan sayapnya

"Sampai juga kita," kata Hasan dengan lembut dan lelah.

"Luar biasa... " balas Ari dengan kagum sambil ia memandang segala sesuatu yang ada di tempat baru ini. "Ini semua benda apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun