Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peran Pendidik: Learning atau Teaching

26 Maret 2023   19:51 Diperbarui: 27 Maret 2023   19:00 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi interaksi guru dan siswa. Sumber: Dok. Ditjen GTK Kemdikbud via kompas.com

Pembelajaran (learning) adalah proses bagaimana seorang pendidik bukan hanya efektif menyampaikan materi ajar tetapi lebih pada pembimbingan kepada peserta didik. Inilah makna dasar dari kalimat bijak yang disampaikan seorang pendidik Swiss, Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827). 

Dia mengatakan demikian, "Dasar Pendidikan adalah mengasihi bukan mengajar" Dari ungkapan ini sesungguhnya aktivitas pendidik baik di maupun di luar kelas menjadi tindakan yang mewujudnyatakan mengasihi peserta didik.

Paradigma Teaching 

Ini berbeda dengan pengajaran (teaching), sebuah proses menyampaikan materi ajar. Banyak cara atau metode untuk menyampaikan materi ajar. Di dalam paradigma teaching, pendidik adalah pihak yang mempunyai informasi atau ilmu. Karena itu pendidik cenderung berada pada pihak yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik.

Disadari atau tidak model teaching menimbulkan "arogansi" dalam diri pendidik. Arogansi ini menjadi makin kuat dengan adanya tuntutan peserta didik harus menguasai kompetensi yang, menurut pendidik, adalah kompetensi maha penting. Di sini karakteristik dan keunikan (kebutuhan dan kondisi) peserta didik tidak diperhitungkan sebagai bagian penting.

Relasi pendidik dengan peserta didik menjadi relasi subordinasi, yaitu pendidik pada posisi yang lebih tinggi daripada peserta didik. Konsep atau pradigma seperti ini yang saat ini masih sangat dominan diantara para pendidik di sekolah. 

Konsekuensi paradigma seperti inilah yang kemudian memunculkan tindakan kekerasan di sekolah baik verbal maupun fisik. Kekerasan verbal misalnya, pendidik mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan untuk peserta didik yang lamban menyerap informasi. Pendidik membandingkan peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Pendidik memarahi peserta didik yang berperilaku kurang sesuai harapan pendidik. .

Ilustrasi gambar: Guru yang baik (sumber: gurue.wanitabaik.com)
Ilustrasi gambar: Guru yang baik (sumber: gurue.wanitabaik.com)

Paadigma Learning

Menarik sekali di dalam konsep pendidikan nasional kita, Kurikulum Merdeka, terminologi yang digunakan adalah pembelajaran (learning). Konsep ini mau mengangkat semangat seorang pendidik yang melakukan aktivitas belajar di dalam dan di luar kelas sebagai tindakan pembimbingan oleh pendidik. Tindakan pembimbingan adalah tindakan yang didasarkan pada cinta kepada peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal.

Di dalam tindakan pembelajaran ini, pendidik juga bertindak sebagai peserta didik karena pendidik sadar bahwa pada saat terjadi proses aktivitas belajar di dalam atau di luar kelas, bukan hanya peserta didik yang belajar melainkan pendidik juga belajar. Tidak ada satu pihak lebih tinggi daripada pihak lain.

Berikut ini karakteristik pendidik yang melaksanakan proses learning:

Pendidik Sabar

Sabar. Kata yang sangat mudah diucapkan tetapi tidak mudah dipraktikkan. Sabar ini salah satu sifat yang ada di dalam tindakan mengasihi. Seorang pendidik mengatakan mengasihi peserta didik tetapi tidak sabar, perkataannya hanya omong kosong. 

Pendidik yang sabar tidak akan mengeluarkan kata-kata keras dan kasar ketika peserta didik tidak segera melakukan apa yang harus dilaksanakan. Pendidik yang sabar akan persuasive, merayu dengan rayuan, dengan pujian dan sejenisnya. Bukan dengan ancaman.  Pendidik yang sabar akan mengulangi lagi penjelasannya ketika ada peserta didik yang belum bisa menyerap penjelasannya.

 Pendidik Ikhlas

Ikhlas. Kata ini tampak sederhana tapi menjadi langka pada pendidik zaman now. Seorang pendidik yang ikhlas tidak akan berpikir imbalan. Yang saya maksudkan imbalan bukan pertama-tama benda. Tetapi pendidik tidak menuntut peserta didik mereaksi seperti harapan pendidik tersebut.

Pendidik yang berpikir tanpa pamrih akan mengerti dan memahami peserta pendidik yang tidak paham itu. Tapi kalau pendidik berpikir pamrih, dia bisa marah kepada peserta didik yang tidak paham. Kebanyakan pendidik tanpa disadari beripikir pamrih.

Contoh lain pendidik yang tanpa pamrih. Ketika dia melihat peserta didik tertidur saat pendidik menjelaskan materi, pendidik ini tidak akan marah. Tapi dia akan bertanya diri "apakah cara saya menjelaskan kurang menarik sehingga ada peserta didik sampai tertidur?" Pendidik akan melihat reaksi peserta pendidik sebagai cermin untuk memperbaiki cara mengajarnya.

 Suka Memuji Peserta Didik

Salah satu indikator kita mencintai seseorang adalah berusaha membuat orang yang kita kasihi itu bahagia. Nah, kalau pendidik mendidik dengan kasih tentu ia akan berusaha membuat para peserta didik bahagia. Siapa sih yang tidak bahagia ketika dipuji? Tentu semua peserta didik senang dipuji.

Pendekatan ini disebut ekspansi kekuatan positif. Sebuah pendekatan yang dilakukan dengan cara menemukan hal positif pada diri peserta didik. Hal positif itu terus menerus digaungkan atau disampaikan sebagai pujian sehingga peserta didik tidak fokus pada kelemahan tetapi pada kelebihan.

Tindakan tindakan itu mencerimankan pendidikan didasarkan pembelajaran (learning) bukan pada pengajaran (teaching) Seorang peserta didik yang punya pengalaman dikasihi, disayangi akan terdorong untuk mengembangkan diri. Ini dampak dari tindakan mengasihi. Karena itu pendidik perlu mengubah konsep dasar pendidikan bukan mengajar (teaching) tetapi pembelajaran (learning).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun