Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Halte Transjakarta Jadi Pangkalan Ojek Online, Siapa yang Bertanggung Jawab?

10 Oktober 2025   14:30 Diperbarui: 10 Oktober 2025   19:04 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyalahgunaan halte Transjakarta sebagai pangkalan ojol bukan masalah sepele. Ini adalah cerminan dari dua kegagalan mendasar dalam tata kelola transportasi publik Jakarta.

Pertama, ketiadaan fasilitas alternatif yang memadai bagi pengemudi ojol untuk menunggu dan menjemput penumpang. Kedua, lemahnya penegakan aturan yang konsisten terhadap pelanggaran penggunaan fasilitas publik.

Urgensi masalah ini terletak pada dampaknya terhadap kenyamanan penumpang Transjakarta dan citra transportasi publik secara keseluruhan.

Ketika penumpang yang telah memilih menggunakan transportasi publik justru mendapat pengalaman yang tidak nyaman, harus berdiri di halte karena tempat duduk diokupasi, harus berdesakan dengan motor-motor ojol, atau menghirup asap rokok dan knalpot di dalam halte, ini akan menurunkan minat masyarakat untuk beralih ke transportasi publik.

Padahal, salah satu tujuan utama pembangunan sistem Transjakarta adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengatasi kemacetan.

Kalau pengalaman menggunakan Transjakarta buruk sejak dari halte, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai, bukan.

Masalah struktural yang lebih dalam adalah tidak adanya perencanaan terpadu dalam mengintegrasikan berbagai moda transportasi.

Ojol adalah bagian dari ekosistem transportasi Jakarta yang tidak bisa dihilangkan. Ya, mereka memiliki peran penting dalam mobilitas last mile, menghubungkan penumpang dari rumah ke halte atau stasiun, dan sebaliknya.

Namun, keberadaan mereka tidak pernah diantisipasi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai. Akibatnya, pengemudi ojol memanfaatkan fasilitas yang ada, dalam hal ini halte Transjakarta, untuk tempat mangkal, karena memang tidak ada alternatif lain yang disediakan.

Penegakan aturan tanpa solusi infrastruktur hanya menggeser masalah

Hemat saya, pendekatan penertiban yang selama ini dilakukan oleh Satpol PP hanya bersifat tambal sulam dan tidak menyelesaikan akar permasalahan.

Mengusir pengemudi ojol dari halte tanpa menyediakan fasilitas alternatif hanya akan menggeser masalah dari satu lokasi ke lokasi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun