Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Djuanda ke Joko Widodo dan Susi Pudjiastuti: Di Lautan (Seharusnya) Kita Jaya

13 Desember 2016   07:47 Diperbarui: 13 Desember 2016   08:42 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar prangko peringatan| Sumber: Senayanpost

Dikatakan lagi oleh Joko Widodo sebagaimana dikutip dari laman resmi Presiden RI (Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia), “Indonesia memiliki potensi besar menjadi poros maritim dunia mengingat Indonesia berada di daerah equator, antara dua benua Asia dan Australia, antara dua samudera Pasifik dan Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara. Untuk dapat menjadi poros maritim dunia maka sistem pelabuhan di Indonesia harus dimodernisasi sesuai dengan standar internasional sehingga pelayanan dan akses di seluruh pelabuhan harus mengikuti prosedur internasional”.

Seorang pembantu Presiden RI, yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, telah membuktikan cara menegakkan kedaulatan RI di wilayah laut Indonesia. Kapal-kapal asing tanpa izin yang seenaknya memasuki wilayah RI, ditangkapi satu-persatu. Bahkan kapal-kapal pencuri ikan dari laut Indonesia, ada juga yang dihancurkannya.

“Untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia, harus segera dijawab dengan upaya membangun kembali sektor kelautan dan perikanan Indonesia berdasarkan pilar kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan,” ujar Menteri Susi saat menerima gelar doktor honoris causa dalam bidang kelautan dan perikanan dari Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, awal Desember 2016.

“Dengan menegakkan kedaulatan dan menjaga keberlanjutan, peluang pengelolaan perikanan dalam mewujudkan kesejahteraan nelayan (prosperity) terbuka lebar. Saat ini, stok ikan semakin banyak, investasi asing di sektor penangkapan ikan juga telah ditutup. Nelayan Indonesia mulai dapat menikmati kekayaan laut Indonesia dan menjadi tuan di negeri sendiri setelah berpuluh-puluh tahun dijarah oleh kapal ikan asing melalui cara yang legal maupun illegal,” jelasnya lagi.

Sebagaimana motto Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), “Jalesveva Jayamahe” yang berarti “Di Lautan Kita Jaya”, Deklarasi Djuanda yang kini diperingati sebagai Hari Nusantara tiap 13 Desember seharusnya mengingatkan pula agar kita harus selalu menjaga laut-laut dalam wilayah RI, dan menjadikannya sebagai bagian dari kejayaan republik tercinta ini. Di lautan, seharusnya kita memang jaya.

(Ditulis di hari ulang tahunku, 13 Desember 2016).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun