AM Hendropriyono
Profesor intelijen sekaligus mantan Ketua BIN yang tidak asing dengan kekerasan berdarah karena dia adalah komandan pembantaian rakyat Talangsari Lampung dan pada masa Presiden Megawati, dia bersama Said A'sad Ali merancang operasi intelijen untuk membunuh Munir. Sejak menerima perintah dari Benny Moerdani untuk melindungi Megawati, AM Hendropriyono telah melaksanakan tugas dengan baik.
Mewarisi ajaran Benny Moerdani, sebagai Kepala BIN, AM Hendropriyono termasuk yang mendukung operasi militer di Aceh serta secara aktif memberikan landasan bagi pentingnya pelaksanaan operasi militer tersebut (selengkapnya bisa dibaca di http://www.hendropriyono.com/2012/10/perlukah-operasi-keamanan-di-aceh/ ). Korban operasi militer oleh Presiden Megawati itu adalah 2.000 orang terbunuh dan sebagian besar korban yang jatuh adalah rakyat sipil.
Sampai hari ini rakyat sipil Aceh masih mengingat Megawati dan PDIP dengan penuh kebencian karena mereka menjadi korban operasi militer terbesar di Indonesia sejak operasi Seroja di Timor Timur.
CSIS
Secara formal CSIS didirikan oleh Jusuf Wanandi; Sofjan Wanandi; Hoemardani; Ali Moertopo dan Harry Tjan Silalahi; namun ada satu nama pendiri lagi yang disembunyikan, yaitu Pater Beek, agen CIA yang ditempatkan di Indonesia untuk membangun perlawanan terhadap komunis. Setelah komunis jatuh, Pater Beek menggunakan teori lesser evil menilai bahwa Islam sebagai kekuatan yang berpotensi melawan hegemoni Amerika sehingga harus dikalahkan (selengkapnya bisa dibaca di tulisan George Junus Aditjondro, mantan murid Pater Beek, berjudul CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan LB Moerdani).
Benny Moerdani orang yang mendidik Hendropriyono dan Luhut Panjaitan adalah anak didik Ali Moertopo dan merupakan anggota CSIS. Ketika Benny menjadi Panglima ABRI adalah masa kebijakan deislamisasi Indonesia sedang digalakan oleh CSIS dan Benny sendiri, dan hal ini diakui oleh Dipo Alam, Sekretaris Kabinet melalui akun Twitternya hari ini:
"Mudah-mudahan era seperti dulu ketika Jenderal Benny Moerdani berkuasa dengan inteli khotbah masjid-masjid, main hantam dan tangkap, berakhir."
Benny Moerdani dan CSIS tentu saja adalah perancang berbagai kerusuhan di Indonesia menjelang dan sesudah Sidang Umum MPR 1998 dan berbagai ledakan bom di Jakarta sejak tahun 1997 sampai 1998, terbukti dari isi email yang ditemukan di lokasi ledakan Bom Tanah Tinggi yang meledak karena tidak dirakit dengan baik:
"Kawan-kawan yang baik! Dana yang diurus oleh Hendardi belum diterima, sehingga kita belum bisa bergerak. Kemarin saya dapat berita dari Alex bahwa Sofjan Wanandi dari Prasetya Mulya akan membantu kita dalam dana, di samping itu bantuan moril dari luar negeri akan diurus oleh Jusuf Wanandi dari CSIS. Jadi kita tidak perlu tergantung kepada dana yang diurus oleh Hendardi untuk gerakan kita selanjutnya."
(Selengkapnya bisa dibaca di sini: http://m.kompasiana.com/post/read/658823/1/dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi.html ).