Mohon tunggu...
Berliani November
Berliani November Mohon Tunggu... Mahasiswa : komunikasi

Tak sekadar menulis, tapi mencoba memahami dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Risiko Investasi Pemula: Antara Keberanian dan Kehati-hatian

12 Oktober 2025   03:29 Diperbarui: 12 Oktober 2025   03:29 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang bilang, "Kalau mau kaya, harus investasi."

Tapi jarang yang bilang, "Kalau mau investasi, siap-siap juga hadapi risiko."

Itulah dilema para investor pemula. Di satu sisi, semangat mau menata masa depan finansial sudah tinggi. Tapi di sisi lain, kurangnya pengalaman bisa membuat langkah awal jadi tersandung.

1. Kurang Paham Produk Investasi

Salah satu kesalahan paling umum adalah asal ikut tren.

Melihat teman pamer cuan saham, langsung ikut beli. Lihat influencer ngomongin crypto, langsung tergoda. Padahal, setiap produk punya risiko dan karakter berbeda.

Kalau belum paham, investasi justru bisa berubah jadi "donasi" untuk pasar.

Makanya, penting banget untuk belajar dulu sebelum menaruh uang.

2. Panik Saat Harga Turun

Investor pemula sering kali belum siap menghadapi fluktuasi pasar.

Begitu lihat nilai investasinya turun, langsung dijual karena panik.

Padahal, pasar itu naik turun adalah hal yang wajar.

Seperti kata pepatah keuangan:

"Yang sabar akan panen, yang panik akan rugi."

Investasi bukan soal cepat untung, tapi kuat bertahan di tengah perubahan.

3. Terlalu Fokus pada Keuntungan

Banyak pemula berpikir investasi itu cuma soal "berapa persen profit yang didapat."

Padahal, yang tak kalah penting adalah mengelola risiko.

Keuntungan besar selalu datang bersama risiko besar  dan tidak semua orang siap menanggungnya.

Cara sederhana menguranginya adalah dengan diversifikasi: jangan taruh semua uang di satu tempat. Campurkan antara produk berisiko tinggi (seperti saham) dan yang stabil (seperti reksadana pasar uang).

4. Tidak Punya Tujuan yang Jelas

Investasi tanpa tujuan ibarat berlayar tanpa arah.

Apakah kamu ingin beli rumah, dana pensiun, atau sekadar menambah tabungan masa depan?

Tujuan yang jelas akan membantu menentukan jangka waktu, jenis produk, dan strategi investasi yang tepat.

5. Lupa "Pruteksi Diri" Sebelum Investasi

Sebelum berpikir menumbuhkan uang, pastikan dulu kamu punya perlindungan dasar.

Asuransi kesehatan dan dana darurat adalah pondasi penting agar saat risiko datang, kamu tidak kehilangan segalanya.

Inilah pesan yang selalu diingatkan oleh kampanye Prudential -- Pruteksi Hari 14:

"Investasi tanpa proteksi, ibarat membangun rumah tanpa pondasi."

Nikmati Proses Belajar

Menjadi investor bukan soal siapa yang paling cepat kaya, tapi siapa yang paling sabar belajar.

Kamu akan rugi, salah pilih produk, atau salah timing  dan itu normal.

Yang penting, jangan berhenti belajar dan tetap bijak dalam setiap keputusan.

Karena dalam dunia investasi, kemenangan bukan di awal, tapi di akhir perjalanan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun