Jakarta- Tuyul dalam mitologi pulau Jawa dan sekitarnya, adalah makhluk halus berwujud orang kerdil atau anak kecil dengan kepala gundul, yang dipercaya dapat mencuri uang untuk tuannya. Namun pertanyaan yang kerap muncul adalah: mengapa tuyul tidak pernah mencuri uang di bank padahal jumlahnya jauh lebih banyak?
Sosok Mengerikan di Balik Mitos
Berbeda dengan penggambaran film yang kerap menampilkan sosok imut, kenyataan dalam kepercayaan masyarakat jauh lebih mengerikan. Tuyul dipercaya berwujud seperti anak berusia 7 tahun dengan kepala besar penuh urat, wajah menjijikkan, mata belekan, hidung beringusan, serta kaki dan tangan yang bengkok.
Menurut kepercayaan, tuyul dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak sah, biasanya dikaitkan dengan praktik ilmu hitam atau sihir. Pemilik tuyul umumnya adalah orang yang sudah berumah tangga, karena ritual pemeliharaannya mengharuskan istri sang pemilik menyusui tuyul setiap malam.
Konsekuensi Mengerikan Bagi Pemilik
Kepercayaan menyebutkan bahwa pemilik tuyul harus menjalani kehidupan dengan syarat-syarat ketat. Mereka tidak boleh berpakaian rapi, rumah harus dalam kondisi tidak teratur, dan yang paling memprihatinkan adalah istri sang pemilik harus menyusui tuyul setiap malam.
Akibat dari ritual ini, tubuh istri pemilik tuyul akan berangsur-angsur kurus kering tanpa penyebab medis yang jelas. Tuyul sering menjadi subjek cerita dan mitos yang mengajarkan moral tentang bahaya keserakahan dan konsekuensi negatif dari mendapatkan kekayaan melalui cara-cara yang tidak etis.
Rahasia Mengapa Tuyul Takut Bank
Pertanyaan klasik tentang mengapa tuyul tidak mencuri di bank ternyata memiliki penjelasan dalam kepercayaan tradisional. Tuyul dipercaya tidak menyukai benda-benda yang terbuat dari logam, terutama benda-benda tajam seperti jarum, sehingga mereka tidak mau mencuri di bank dan ATM yang terbuat dari logam.
Jarum dipercaya dapat menusuk kaki tuyul saat ia mencoba mencuri uang di malam hari, sehingga menaruh jarum di tumpukan uang dipercaya dapat mencegah tuyul mendekat. Inilah mengapa nenek moyang kita sering memberikan nasihat untuk menaruh jarum atau paku dalam celengan sebagai perlindungan.
Uang di bank tersimpan dalam brankas yang terbuat dari besi baja tebal, material yang dipercaya mampu menghalang tuyul. Sistem keamanan berlapis di bank, termasuk brankas logam yang tebal, secara tidak langsung sejalan dengan kepercayaan tradisional tentang kelemahan tuyul terhadap material logam.
Perspektif Budaya dan Sosial
Keberadaan tuyul dipercaya muncul akibat kesenjangan sosial di masa lalu, dengan bantuan makhluk halus sebagai penjelasan fenomena ekonomi yang kompleks. Masyarakat Jawa percaya bahwa tuyul berasal dari roh anak kecil yang meninggal dunia, yang dihidupkan kembali oleh dukun dalam bentuk makhluk halus.
Mitos tuyul mengajarkan nilai moral penting: kekayaan instan yang diperoleh dengan cara tidak benar biasanya tidak akan bertahan lama. Kepercayaan ini berfungsi sebagai pengingat agar masyarakat bekerja keras dengan cara yang halal.
 Pengaruh dalam Kehidupan Modern
Meskipun zaman telah berubah, kepercayaan terhadap tuyul masih bertahan di sebagian masyarakat Indonesia. Secara ilmiah, belum ada bukti yang mendukung keberadaan tuyul sebagai makhluk nyata, namun nilai-nilai moral yang terkandung dalam mitos ini tetap relevan.
Kepercayaan tradisional tentang perlindungan menggunakan logam juga masih dipraktikkan, dengan masyarakat menaruh jarum atau benda logam di tempat penyimpanan uang sebagai "pengaman spiritual".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI