Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Menjadi Guru Muda Saat Masih SMP

25 November 2021   21:35 Diperbarui: 26 November 2021   00:35 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru muda (Pxels.com/Andrew Piacquadio)

Saya menduga ini adalah proyek sang guru. Mungkin beliau ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pelajaran tambahan terhadap nilai siswa-siswanya.

Setelah kegiatan tersebut berjalan beberapa minggu, sekali waktu pak guru kami ini bertanya kepada saya apakah saya menemukan kesulitan saat mengajar. Beliau juga bertanya siapa siswa yang sering membuat saya kesulitan di dalam kelas.

Di situlah bodohnya saya, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat polosnya.

Kebetulan ada satu teman laki-laki yang sering sekali usil ksetiap kali saya mengajar. Sebut saja namanya Badu.

Setiap kali saya mengajar, Badu selalu mengganggu, membuat suasana gaduh, dan membuat lelucon-lelucon berkaitan dengan materi pelajaran. Aksi Badu ini sering menyebabkan teman-teman lain tidak fokus. 

Saya pun akhirnya menyebutkan nama Badu ketika pak guru menanyakannya saat itu. Tidak pernah terlintas dalam benak saya kalau jawaban saya tersebut bisa berakibat sangat fatal.

Sampai pada puncaknya tiba kenaikan kelas. Saat pembagian rapor saya tidak tahu apakah ada di antara teman-teman saya yang tidak naik kelas karena yang mengambil rapor adalah orangtua.

Setelah liburan kenaikan kelas, di hari pertama tahun ajaran baru di kelas tiga barulah saya tahu, bahwa satu-satunya siswa yng tidak naik ke kelas tiga dari kelas kami adalah Badu.

Saya sempat kaget sesaat ketika mengetahui itu. Pikiran saya pun melayang pada kegiatan ajar mengajar di kelas dua sebelumnya. Saya sempat bertanya-tanya dalam hati apakah saya yang menyebabkan Badu tidak naik kelas. Apakah nilai Badu untuk mata pelajaran tersebut merah sehingga Badu tidak naik kelas?

Saya memang tidak tahu persis penyebab Badu harus mengulang kembali di kelas dua. Karena tentu tidak mudah bagi guru maupun wali kelas untuk menentukan seorang siswa harus tinggal kelas.

Mungkin memang Badu rada bandel. Mungkin juga nilai-nilai Badu tidak memungkinkan untuk naik kelas, atau mungkin ada pertimbangan lain dari guru, saya tidak pernah tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun