Namun, tetap saja saya mengaitkan penyebab tinggal kelasnya Bayu saat itu adalah karena jawaban saya sebelumnya kepada guru.
Sempat timbul penyesalan, mengapa saya begitu polosnya. Sebenarnya Badu tidaklah nakal, hanya perlu bimbingan lebih dari orangtua dan guru. Namun di luar itu, mungkin guru punya pertimbangan lain.
Mungkin jawaban saya sebelumnya hanyalah faktor pendukung, entahlah. Rasa penasaran itu tidak pernah terjawab hingga kini.
Melalui kejadian itu, saya akhirnya belajar satu hal. Kita memang harus jujur dalam segala hal. Hanya saja, dalam kejujuran juga harus menyertakan nilai-nilai "cinta kasih" kepada sesama, termasuk kepada teman.
Seharusnya saya tidak menyebut nama Badu ketika guru bertanya. Seharusnya juga saya menganggap usilnya dan gaduhnya Badu sebagai hal biasa bagi anak usia remaja.Â
Akan tetapi, apa mau dikata, usia saya ketika itu pun masih sangat muda, baru 14 tahun. Nalar saya belum sampai ke sana. Belum ada pertimbangan hingga sejauh itu.
Kalau Badu membaca tulisan saya ini, saya mohon maaf ya Badu. Saya yakin, kejadian tersebut hanyalah sandungan kerikil kecil dalam perjalanan kehidupanmu. Saya pun yakin kamu sudah menjadi orang hebat saat ini.
Sekali lagi, selamat Hari Guru.Â