Dengan tergesa-gesa, kurobek sisi kanan daripada surat  itu. Sreet...Bunyi yang satisfying sekali. Setelah terbuka, eh, ternyata ada uang seratus ribu sebanyak lima lembar. Namun, saat diperhatikan lagi, ada kertas dengan tulisan tangan yang indah. "Selamat, Anda menjadi penulis terbaik sayembara menulis novel di tahun ular kayu ini. Namun, Anda perlu membayar pajak untuk publikasi yang akan dilakukan, sebesar seratus ribu rupiah."
"Owalah.., ujung-ujungnya malah minta komisi toh. Kini, kegembiraanku berkurang sepuluh persen karna mu. Dasar jahat!" Tukas sendiri. Sejenak, kulirik foto Chairil Anwar dengan tulisan "Sang Binatang Jalang". Seketika, aku mulai memikirkan rencana yang sedikit ekstrim. Yaitu, tidak membayar pajak sepersen pun. . Pikirkan saja cara untuk mempublikasikan karya ku itu. Aku tidak peduli, karena di pengumuman jelas-jelas tertera "gratis publikasi".Â
"Hahaha, aku gak akan bayar!" Ungkapku tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba, ada yang menggedor-gedor pintu kamarku. Hampir copot ruh dari jasadku. "Ya? Siapa itu?"
"Ya siapa..eh malah ditanya lagi. Emak lu nih!"Â
"Tapi emak saya ada di kampung, teh."
"Yaelah, kok malah ke sana sih ceritanya Gue keganggu sama suara lu, makanya lu jangan berisik. Paham!"
"Oh, maaf bg! Iya saya gak berisik lagi." Ucapku lirih. Ternyata, abang-abang dari tetangga kamar sebelah. Galak sih dia! Tapi, aku juga salah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
