Di tengah hiruk-pikuk politik, sosial, dan bahkan kegelisahan sehari-hari yang melanda bangsa, humor seringkali hadir sebagai penawar luka kolektif. Dan di Indonesia, siapa yang tak mengenal Abdurrahman Wahid---atau yang lebih akrab kita sapa Gus Dur---sang Presiden ke-4 RI yang sekaligus dikenal sebagai humoris sejati.
Lelucon Gus Dur kerap menjadi pengingat sederhana bahwa hidup tak selamanya harus dipandang dengan wajah serius. Salah satu yang paling terkenal adalah dialog singkat namun mendalam:
"Gus apa kuncinya bahagia?"
"Jangan memikirkan apa yang kamu tidak tahu."
"kalau yang diketahui Gus?"
"Lha, kalau sudah tahu ngapain di pikir?"
Sekilas, ucapan ini tampak seperti punchline sederhana. Namun bila direnungkan, justru di situlah letak kedalaman pemikiran Gus Dur. Humor baginya bukan sekadar bahan tertawaan, melainkan jendela kebijaksanaan.
Filosofi Sederhana dalam Lelucon
Lelucon di atas sebenarnya menyimpan pelajaran tentang cara manusia menyikapi hidup. Betapa sering kita terbebani oleh hal-hal yang tak sepenuhnya kita pahami, atau bahkan hal-hal yang sudah jelas tapi masih terus dipertanyakan.
Gus Dur mengajarkan: jangan habiskan energi untuk hal yang berada di luar jangkauan pengetahuan kita. Kekhawatiran berlebihan atas sesuatu yang tidak kita ketahui hanya melahirkan keresahan. Sebaliknya, jika sesuatu sudah kita ketahui, maka tak perlu lagi membuang waktu memikirkannya---cukup jalani.
Dengan cara ini, Gus Dur seperti menegaskan bahwa kebahagiaan lahir dari kemampuan memilah pikiran. Mana yang perlu dipikirkan, mana yang sebaiknya dilepaskan.
Humor sebagai Jalan Kebijaksanaan
Tak banyak pemimpin di dunia yang mampu menyampaikan gagasan besar lewat humor. Gus Dur berbeda. Ia menjadikan humor sebagai bahasa rakyat, sekaligus alat untuk menyingkap ironi sosial dan politik.