Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Biar Commuting Tak Bikin Stres, Begini Cara Mengelolanya

23 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 22 Agustus 2025   15:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refreshing dengan temen-temen KPPN Jakarta II agar tetap semangat bekerja (Foto: Dok. Pribadi)

Setiap pagi di kota-kota besar Indonesia, jutaan orang memulai hari dengan satu rutinitas yang sama: commuting. Bagi mereka, perjalanan ke kantor bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan juga "ujian mental" yang menentukan suasana hati sepanjang hari. Terjebak di kemacetan, bergulat dengan polusi, berpacu dengan waktu, serta dihantui aturan lalu lintas seperti sistem ganjil-genap, membuat commuting menjadi pekerjaan tambahan yang tidak pernah tercatat dalam kontrak kerja.

Saya memahami benar bagaimana rasanya. Selama lima tahun, tepatnya sejak 2017 hingga akhir 2022, ketika saya bertugas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta II yang terletak di Jalan Wahidin II Nomor 3, Jakarta Pusat. Saat itu, saya tinggal di rumah dinas di Jalan Anggaran, Kota Tangerang, berjarak sekitar 20 kilometer dari kantor. Sekilas, jarak ini terlihat biasa saja. Namun, siapa pun yang tinggal di wilayah Jabodetabek tentu mafhum: 20 kilometer bisa berarti 45 menit, tetapi juga bisa berarti dua jam penuh tekanan, tergantung bagaimana arus lalu lintas bergerak.

Mobil dan Motor: Dua Pilihan dengan Konsekuensi

Setiap pagi, saya seperti seorang pemain catur yang harus berpikir langkah demi langkah. Jika tanggal genap, saya lega karena bisa menggunakan mobil berplat genap. Dengan memanfaatkan jalan tol, perjalanan bisa lebih singkat, sekitar 45 menit, asalkan saya berangkat paling lambat pukul 05.45 WIB. Lewat dari itu, risiko terjebak macet di pintu tol atau jalur dalam kota meningkat drastis.

Namun pada tanggal ganjil, pilihan saya terbatas: harus naik motor, untuk pilihan transportasi umum seperti Busway atau KRL memang ada tetapi lokasi halte busway atau stasiun jauh dari rumah. Memang, sepeda motor tidak terkena aturan ganjil-genap, tetapi konsekuensinya jelas. Jalur alternatif yang dilewati motor jauh lebih padat dan melelahkan. Debu jalanan, suara klakson yang riuh, hingga cuaca ekstrem kerap membuat perjalanan terasa dua kali lebih panjang. Tubuh lebih cepat letih, pikiran pun gampang jenuh.

Kedua pilihan ini, mobil atau motor, sama-sama menguras energi. Mobil memberi kenyamanan, tetapi tetap menyimpan risiko keterlambatan. Motor memberi kebebasan jalur, tetapi menuntut fisik lebih kuat. Tidak jarang, saya tiba di kantor dengan pikiran sudah penuh sesak, bahkan sebelum pekerjaan dimulai.

Lima Tahun yang Melelahkan

Pengalaman commuting ini bukan hanya soal fisik. Ia adalah soal mental, soal kestabilan emosi, dan soal kemampuan mengelola stres. Bayangkan, setiap malam saya harus memikirkan strategi perjalanan esok hari: apakah jalan tol akan padat, apakah hujan turun, atau apakah ada rekayasa lalu lintas baru dari pihak berwenang.

Ritme hidup pun seolah ditentukan oleh jalan raya. Saya harus bangun lebih pagi daripada orang kebanyakan hanya untuk mengamankan waktu perjalanan. Pulang ke rumah pun sering larut, karena macet sore hari tidak kalah parah dengan pagi. Waktu bersama keluarga berkurang, waktu untuk diri sendiri hampir tidak ada.

Pengalaman lima tahun commuting ini membuat saya semakin sadar bahwa perjalanan harian bukan sekadar aktivitas teknis, melainkan faktor penting yang membentuk kualitas hidup seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun