Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Cepat, Berpikir Cermat: Strategi Meningkatkan Literasi Intelektual Masyarakat

22 Agustus 2025   07:30 Diperbarui: 21 Agustus 2025   10:21 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:  Membaca cepat saja tak cukup. Perlu berpikir cermat agar sejarah, biografi, dan literasi keuangan memberi makna bagi kehidupan. (foto: freepik.com)

Namun, teknik membaca cepat membantu menyaring konsep pokok, sementara kecermatan berpikir membuat pembaca mampu menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika membaca tentang defisit anggaran, pembaca dapat menautkannya dengan isu subsidi energi atau kebijakan fiskal yang sedang berjalan. Dari situ, literasi keuangan masyarakat meningkat, bukan sekadar sebagai pengetahuan teoretis, tetapi juga sebagai kesadaran kritis terhadap kebijakan publik.

Membaca Cepat Bukan Asal Lewat

Perlu digarisbawahi, membaca cepat tidak boleh diartikan sebagai membaca asal lewat. Kecepatan hanyalah pintu masuk, sementara kecermatan adalah ruang di dalamnya. Tanpa berpikir cermat, membaca cepat hanya melahirkan hafalan dangkal. Sebaliknya, tanpa keterampilan membaca cepat, banyak pembaca mudah terjebak detail tanpa sempat menangkap makna besar.

Kombinasi keduanya adalah kunci. Di satu sisi, kita terlatih untuk menguasai bahan bacaan lebih luas, dari sejarah hingga keuangan. Di sisi lain, kita membangun daya analisis untuk menilai relevansi dan makna.

Investasi Intelektual Bangsa

Masyarakat yang terlatih membaca cepat dan berpikir cermat akan lebih siap menghadapi tantangan global. Mereka tidak hanya berpengetahuan luas, tetapi juga mampu memilah informasi, menangkap esensi, dan menerjemahkannya menjadi tindakan.

Inilah investasi intelektual bangsa: literasi yang tidak hanya berhenti pada kemampuan teknis membaca, melainkan bertransformasi menjadi budaya berpikir kritis.

Membaca sejarah memberi arah, membaca biografi tokoh memberi teladan, sementara membaca literatur keuangan memberi kesadaran hidup bernegara. Semua itu dapat dikuasai bila kita berlatih membaca cepat dan berpikir cermat.

Pada akhirnya, kemampuan ini bukan hanya untuk meraih prestasi akademik, melainkan untuk membangun generasi pembelajar sepanjang hayat yang mampu menjaga ingatan sejarah, meneladani tokoh bangsa, dan memahami denyut nadi keuangan negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun