Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Logistik Menentukan Logika: Menakar Dampak Nyata Program Makan Bergizi Gratis pada Kecerdasan Bangsa

16 Juni 2025   07:30 Diperbarui: 15 Juni 2025   08:17 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas menyiapkan paket makanan bergizi gratis (MBG) di dapur Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Cipulir, Jakarta, Selasa (14/1/2025). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa via tirto.id

Dalam setiap medan perjuangan, logistik adalah fondasi kemenangan. Dalam medan kehidupan, logistik---terutama dalam bentuk makanan bergizi---adalah fondasi logika dan kecerdasan. Tanpa asupan yang layak, otak manusia tidak akan bekerja optimal. Maka tepat bila dikatakan: logistik menentukan logika.

Ketika pemerintah mengumumkan rencana besar bernama Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi peserta didik dan ibu hamil, banyak yang melihatnya dari sisi anggaran, logistik distribusi, atau potensi politik elektoral. Namun satu hal yang sering luput dibicarakan adalah substansi utama: kemampuan berpikir manusia sangat ditentukan oleh apa yang ia makan setiap hari.

Gizi Otak: Pondasi Kognisi dan Moralitas

Otak adalah pusat logika, emosi, dan memori. Tapi otak juga "organ paling lapar". Ia mengonsumsi sekitar 20% dari total energi tubuh. Maka saat perut kosong atau makanan tak bergizi, aktivitas otak melambat, nalar menjadi tumpul, dan emosi mudah meledak. Bukankah ini yang sering kita lihat di kelas-kelas miskin, di mana anak-anak datang ke sekolah dengan perut keroncongan?

Sains sudah sejak lama membuktikan hubungan erat antara asupan gizi dengan performa kognitif. Anak yang mengalami kekurangan zat besi, protein, dan vitamin B12, cenderung mengalami keterlambatan bicara, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan memori jangka pendek. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi dapat merusak potensi intelektual anak secara permanen.

Dengan kata lain, kita tidak bisa berharap mencetak generasi emas dengan perut kosong dan piring kosong. Maka logistik makanan bukan sekadar isu sosial, melainkan isu strategis kebangsaan.

Program MBG: Investasi Nalar, Bukan Sekadar Konsumsi

Di tengah banyaknya kritik terhadap kebijakan populis, Program Makan Bergizi Gratis justru patut disambut sebagai salah satu kebijakan paling progresif yang pernah diajukan dalam sejarah pendidikan Indonesia. Sebab di balik sebutan "gratis", tersimpan visi besar: menyiapkan bahan bakar otak generasi masa depan.

Namun agar tidak menjadi sekadar proyek politik jangka pendek, MBG harus dirancang dan dijalankan sebagai kebijakan jangka panjang yang terintegrasi dengan agenda pembangunan manusia. Artinya:

  1. Kualitas gizi harus jadi prioritas utama. Jangan sampai "makan gratis" berarti makanan asal kenyang. Menu harian harus dirancang ahli gizi, dengan memperhatikan keseimbangan nutrisi dan kebutuhan lokal.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun