Mohon tunggu...
Benediktus Juliyan
Benediktus Juliyan Mohon Tunggu... Mahasiswa D3

Hanya mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

New World

AI, Blockchain, dan Metaverse: Menyongsong Masa Depan Bisnis Digital di Era Globalisasi Pendahuluan

29 September 2025   13:00 Diperbarui: 29 September 2025   12:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Globalisasi adalah fenomena yang mempertautkan ekonomi, budaya, dan teknologi di seluruh dunia sehingga batas geografis kian memudar. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk terus beradaptasi dan berinovasi agar tetap kompetitif. Peralihan dari model bisnis tradisional ke ranah digital menjadi respons alamiah terhadap dinamika tersebut, terutama berkat kemunculan teknologi seperti internet, e-commerce, dan media sosial. Namun, gelombang transformasi terbaru tidak berhenti pada digitalisasi saja, melainkan menghadirkan disrupsi yang jauh lebih mendalam. Tiga teknologi kunci---kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan metaverse---dipandang sebagai motor penggerak utama masa depan bisnis global. Ketiganya tidak hanya mengubah pola operasional perusahaan, tetapi juga melahirkan model interaksi dan skema bisnis baru. Esai ini akan membahas bagaimana masing-masing teknologi, baik secara terpisah maupun sinergis, membentuk lanskap bisnis digital di era globalisasi serta peluang dan tantangan yang menyertainya.

AI: Personalisasi Layanan dan Efisiensi Operasional

Kecerdasan buatan (AI) telah berevolusi dari gagasan fiksi ilmiah menjadi instrumen penting dalam pengambilan keputusan bisnis modern (Davenport & Ronanki, 2018). Teknologi ini memampukan perusahaan mengolah big data---kumpulan data dalam volume besar dan kompleks---untuk mengenali pola perilaku konsumen, memprediksi tren pasar, dan menyempurnakan strategi pemasaran. Melalui algoritma pembelajaran mesin, AI dapat memberikan rekomendasi produk yang akurat dan menciptakan pengalaman belanja yang sangat personal bagi setiap pelanggan. Contohnya, platform e-commerce seperti Amazon berhasil meningkatkan tingkat konversi penjualan berkat sistem rekomendasi berbasis AI yang sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna (Brynjolfsson & McAfee, 2017).

Tidak hanya pada personalisasi, AI juga berperan besar dalam meningkatkan efisiensi internal perusahaan. Sistem otomatisasi berbasis AI---misalnya chatbot layanan pelanggan---mampu menangani ribuan hingga jutaan pertanyaan secara bersamaan tanpa jeda, sehingga mengurangi beban kerja manusia dan mempercepat respon. Dalam konteks rantai pasok global yang rumit, AI dapat mengoptimalkan rute pengiriman, memprediksi permintaan pasar, serta mengelola persediaan secara real time. Hasilnya adalah penghematan biaya signifikan dan ketepatan waktu yang lebih baik, dua faktor penting dalam persaingan bisnis internasional (Acemoglu & Restrepo, 2019).

Blockchain: Transparansi dan Keamanan Transaksi

Ketika bisnis melintasi batas negara, kepercayaan dan keamanan transaksi menjadi isu utama. Teknologi blockchain menawarkan jawaban inovatif melalui buku besar digital yang terdesentralisasi, transparan, dan tahan modifikasi. Setiap transaksi dicatat sebagai "blok" yang saling terhubung secara kriptografis membentuk rantai permanen (Nakamoto, 2008). Struktur ini menghilangkan kebutuhan perantara terpusat seperti bank atau lembaga escrow sehingga memotong biaya dan mempercepat transaksi lintas negara.

Penggunaan blockchain juga merevolusi pengelolaan rantai pasok. Mulai dari sumber bahan baku hingga sampai ke konsumen akhir, setiap pergerakan produk dapat direkam di blockchain untuk memastikan visibilitas penuh sekaligus menjamin keaslian barang. Industri makanan dan minuman misalnya memanfaatkan teknologi ini untuk menelusuri asal-usul produk organik, sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap klaim produsen (Kshetri, 2017). Selain itu, kehadiran smart contracts---kontrak yang dieksekusi otomatis di blockchain---memungkinkan kesepakatan bisnis berlangsung tanpa campur tangan manusia, sehingga menekan risiko penipuan maupun sengketa.

Metaverse: Ruang Baru untuk Interaksi dan Monetisasi

Sementara AI dan blockchain mengoptimalkan proses internal dan eksternal, metaverse menghadirkan dimensi baru bagi bisnis untuk berinteraksi dengan pelanggan sekaligus memonetisasi produk. Metaverse dapat dipahami sebagai jaringan dunia virtual tiga dimensi yang imersif dan saling terkoneksi, tempat orang dapat bersosialisasi, bekerja, bermain, hingga berbelanja (Lee & Lee, 2021). Bagi pelaku bisnis, metaverse bukan sekadar ruang hiburan, melainkan sebuah ekosistem ekonomi digital yang berkelanjutan. Sejumlah merek besar seperti Nike dan Gucci telah membuka toko virtual di metaverse untuk menjual produk digital---baik pakaian avatar maupun non-fungible tokens (NFT) sebagai bukti kepemilikan aset digital (Dwivedi et al., 2022).

Ekonomi di metaverse menciptakan peluang monetisasi yang belum pernah ada sebelumnya. Perusahaan dapat menjual tanah virtual, mengadakan konser atau acara, serta menghadirkan pengalaman imersif yang melampaui keterbatasan fisik. Dengan demikian, metaverse memungkinkan brand membangun komunitas global yang lebih loyal serta menjalin interaksi yang lebih mendalam dan personal dibandingkan media sosial tradisional.

Integrasi Tiga Teknologi dan Tantangan Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun