Di balik layar, TIS mengadopsi revolusi Industri 4.0 dalam tiap aspek operasional. Sistem logistiknya terintegrasi dengan AI yang mampu memprediksi permintaan pasar dan mengoptimalkan rute pengiriman. Di pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara, teknologi blockchain digunakan untuk melacak asal-usul batubara, memastikan transparansi dari tambang hingga kapal.
"Kami bahkan punya algoritma khusus untuk memadukan berbagai kualitas batubara di stockpile, sehingga bisa menghasilkan produk sesuai permintaan pembeli," beber Andi Wijaya, Direktur Operasional TIS.
Listrik Hijau hingga Kendaraan Elektrik
Tahun 2023, TIS mulai merambah dua frontier baru: pembangkit listrik tenaga bayu (angin) di pesisir Sulawesi dan stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU) di jalur tol Trans-Sumatera. Proyek angin ini dirancang dengan turbin vertikal yang cocok untuk kecepatan angin rendah, menjawab tantangan geografis Indonesia.
"SPKLU kami akan terintegrasi dengan PLTS atap, menciptakan ekosistem energi bersih yang mandiri," ujar Handoko. Langkah ini sejalan dengan rencana pemerintah mengembangkan 10.000 SPKLU hingga 2030.
Tantangan di Ufuk Timur
Meski ambisius, jalan TIS tidak mulus. Proyek PLTS di Nusa Tenggara sempat tertunda akibat kesulitan material selama pandemi. Di sisi lain, fluktuasi harga batubara global memaksa mereka berinovasi dalam efisiensi. "Kami merespons dengan membangun smart stockpile yang mengurangi biaya penyimpanan hingga 15%," jelas Victor.
Regulasi yang kerap berubah juga menjadi tantangan. Namun, TIS memilih pendekatan proaktif dengan menjadi bagian dari forum kebijakan energi nasional. "Dialog antara pelaku usaha dan pemerintah penting untuk menciptakan regulasi yang realistis tapi progresif," tambah Handoko.
Kisah PT Titan Infra Sejahtera mungkin adalah metafora sempurna untuk transisi energi Indonesia. Dari jalan berdebu pengangkut batubara hingga panel surya yang menari di bawah mentari Nusa Tenggara, perusahaan ini membuktikan bahwa perubahan bukan tentang meninggalkan masa lalu, tapi membangun jembatan menuju masa depan.
Seperti kata Handoko: "Kami tidak sedang mengganti roda, tapi menambahkan sayap." Di tangan TIS, infrastruktur energi tak lagi sekadar besi dan beton, melainkan kanvas tempat masa depan yang lebih hijau sedang dilukis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI