Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Melodi Syahdu dalam Ramadan

11 Mei 2019   09:19 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:25 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini Ramadan pertama bagi pengantin baru Julak dan Yora, antara suka dan duka, suka karna suasana baru saat makan sahur dan berbuka bagi Yora, yang biasanya hanya dengan ayah bindanya sekarang ada suami tercinta yang menemani.

Dukanya? Mereka harus menahan hawa nafsu pengantin baru karna berpuasa. Sabaaarrrr

"Yora, nanti buka puasa di rumah abi ya, kita nginap juga di sana beberapa hari ya, kasihan abi sendirian."

"Iya Kak, nanti kita bilang ke bunda ya, aku juga ingin nemani pak ustad, eh abi."

"Kog masih panggil kakak seh?"

"Belum nemu panggilan khusus, ntar masih nyari ya."

"Papa atau Papi atau Yang, kan bisa."

"Kak Julak suamiku bukan orang tuaku, jadi tak boleh aku panggil Papa atau Papi, kalau 'Yang' sudah umum gak seru, ntar jadinya Yang ke berapa?"

"Ha ha iya juga, ya dah cari yang bagus ya panggilannya, jangan lama-lama ntar lebaran keburu datang."

"Ih maunya."

"Siap-siap apa yang harus di bawa, biar gak mondar mandir, ambil barang ketinggalan."

"Abi suka makanan apa kak? Nanti kita bawakan."

"Abi suka apa saja kog, ndak milih milih."

"Baiklah."

____________

Selepas ashar setelah berpamitan Julak dan Yora datang ke rumah abi  Julak, ustad Ropingi.

"Assalamualaikum" mereka berbarengan mengucap salam

"Sepi kak, coba buka pintunya."

""Iya, tak dikunci, ayo masuk."

"Bi ... Abi, Abi dimana, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Abi di sini, lagi kasih makan ikan, wah kedatangan pengantin baru nih, tadi rencana mau telpon mau abi ajak buka bersama."

"Oh iya kah? Kami kangen abi nih, kepikiran abi sendirian ndak ada yang nemani sahur dan berbuka."

"Ya, tinggal di sini saja, ruangan juga ada. Oh ya Lak, tadi abi jalan-jalan sebentar setelah dariasjid, lewat sungai, kog sudah ada yang buang sampah di sana. Nanti tolong buatkan papan tulisan YANG BUANG SAMPAH DOSANYA DILIPAT GANDAKAN, tancepin di pinggir kali ya."

"Iya kah bi? Bandel orang yang sembarangan buang sampah itu. Baik nanti Julak bikin Bi."

"Terus kamu diminta ke rumah Pak Lurah, kalau bisa sekarang, katanya ada yang mau dibicarakan sama kamu."

"Soal apa ya Bi?"

"Urusan sampah, sepertinya begitu."

"Baik Bi, Yora, aku ke pak Zaldy dulu ya, kamu masak buat buka sambil nunggu aku pulang. Abi Julak berangkat. Assalamualaikum."
__________

"Sebaiknya segera kita realisasikan Ramadan ini Pak, supaya kampung kita bersih, setidaknya mereka bisa memisahkan sampah basah dan sampah kering."

,"Iya , karena itu Bapak butuh bantuanmu. Babak juga akan pasang slogan pengurangan sampah plastik."

"Baik Pak, saya usahakan. Bila sudah cukup saya permisi dulu."

"Sebentar Julak ada yang ingin Bapak tanyakan."

"Silahkan Pak, semoga saya bisa menjawab."

"Kenapa waktu itu kamu menolak dijodohkan dengan Annis? Dia sudah dewasa keibuan juga."

Hati julak kaget mendengar yang ditanyakan pak Lurah, tidak menyangka masih mengganjal soal itu.

"Mohon maaf Pak, urusan hati diluar kuasa saya, sudah takdir saya dengan Yora. Mungkin Annis akan berjodoh dengan yang lain."

"Apa selama kalian berteman tidak ada rasa?"

"Tidak Pak, tidak ada sinyal ke rasa, begitu juga dengan Annisa."

"Tapi dia sekarang terlihat tak bersemangat dan sering melamun."

"Semoga segera menemukan jodohnya ya Pak."

"Andai itu kamu Lak."

"Bapak bisa saja, belum sanggup ini juga masih baru Pak, saya nikmati dulu."

Pak Lurah tersenyum sumringah menggoda Julak.

"Saya permisi dulu, sudah mau magrib."

"Iya, silahkan terimakasih sudah menenuhi panggilan saya."

"Iya Pak, assalamualaikum."

Tanpa mereka tahu ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka, ada hati yang mencelos di balik pintu.
________________

La tahzan innallaha maa 'ana

"Abi, sudah lama ya Umi pergi, apa Abi tidak merasa kesepian?"

"Kesepian? Kan Abi banyak teman, ada kamu juga."

"Maksud Julak apa ndak butuh teman hidup lagi?"

"Memang kamu setuju Abi menikah lagi?"

"Kalau itu yang terbaik buat Abi kenapa tidak."

"Abi hanya ngikut apa yang Kuasa mau saja, bila masih ada jodoh ya dijalani."

"Kak, Yora keluar sebentar ya, sama Arlina dan mbak Annisa, mau ke penjahit."

"Iya, hati-hati."

Setelah kepergian Yora, dua generasi itu kembali berbincang asik sambil memberi makan ikan di empang.

"Berumah tangga itu tak mudah, setiap hari belajar, menyatukan dua karakter yang berbeda, jangan terlalu memaksakan kehendak pada istri mu dan jangan berkata kasar."

"Iya , Bi."

"Ini masih awal belum banyak konflik, kalian harus bisa mengatasi, kadang hal sepele bisa jadi penyebab keributan."

"Kalau Abi dulu bagaimana?"

"Ya Abi banyak mengalah saja, tak ada ruginya."

Perbincangan mereka terpotong panggilan masuk dari ponsel Ustad Ropingi.

[Waalaikumsalam, Iya Pak, ada keperluan apa?]


[_______]


[Sore ini? Baik saya usahakan, terimakasih]


[ _______ ]


[Waalaikumsalam]

"Nanti sore kita diundang Pak Lurah, buka bersama di rumahnya setelah solat magrib di masjid."

"Oh " ada apa pak Zaldy mengundang buka bersama, semoga bukan masalah perjodohan lagi. Julak bicara sendiri dalam hati

"Istrimu nanti kalau masak buat sahur saja ya, kita nanti ke rumah pak Zaldy."

"Iya Bi."
__________________

"Annis, apa sudah siap semua hidangan?"

"Sudah Yah."

"Kesukaan Pak Ustad juga ada?"

"Ada lah Mas, jangan kuatir." Bu Zaldy ikut menjawab

"Kan tiap Ramadan kita selalu mengundang beliau untuk berbuka di sini, masak lupa menu kegemarannya." Bu Zaldy menjawab sambil menyiapkan menu di meja makan.

"Kita nanti solat magrib dulu di masjid, baru buka bersama."

****
"Silahkan Ustad Ropingi, Julak dan Yora, anggap seperti di rumah sendiri, jangan sungkan," Pak Zaldy mempersilahkan mereka segera menikmati hidangan yang sudah disediakan.

Ada kecanggungan pada Julak, ada salah tingkah pada Annisa, Yora memandang mereka dengan ekor matanya

"Ini Ustad sambal dan ikan asinnya," Annisa berusaha memecah suasana dengan menawarkan hidangan pada Ustad Ropingi.

"Siapa yang goreng dan bikin sambal ini? Enak sekali."

Annisa hanya tersenyum, Yora memperhatikan terus gerak gerik Annisa, hingga Julak mengingatkan dengan kode menyikutnya.

"Nambah Yora jangan melamun."

"Iya mbak, sudah cukup kenyang, enak masakannya, pinter masak ya mbak Annisa."

"Kamu juga bisa kog."

Usai buka bersama semua berangkat ke masjid untuk solat isyak dan taraweh.
________________

Malam ini ada hati yang gunda, ada hati yang gelisah ada jantung yang berdetak resah.

 "Kak, tadi kenapa gak tenang di rumah pak Zaldy?"

"Kamu juga kenapa bengong menatap Annisa?"

"Pertanyaan ku belum dijawab malah tanya seh?"

"Aku gak apa-apa bener, itu hanya pandanganmu saja yang cemburu mungkin."

"Mbak Anisa tadi kelihtan salting loh, masih ada rasa palingan sama kamu kak."

"Annisa tak seperti itu orangnya, kalau dia seneng aku sudah ada sinyal sejak dulu pastinya. Dia gak ada rasa ke aku, bener suweerrr."

"Aku malah merasa ada yang lain, yang masih misteri."

"Misteri? Misteri gunung Arjuno kaleee."

"Ah sudah ayo tidur, ntar di dengar Abi, malu."

"Iya hihihi, kasihan ntar pingin."

"Hush, kualat loh."

"hihihii, ssttt abi lagi online."

"Tau darimana kamu?"

"Ini, ijo hihihi."

"Sudah ayo tidur biar gak telat sahur."

***

Ramadan
Hadirmu selalu kurindu
Langit terbuka
Setiap doa tiada yang tertolak
Kubersimpu dengan peluh di qalbu

Pada penguasa hatiku
Ijinkan aku menjala kasihMu
Di sini mengharap ada hati yang merengkuhku
Yang menjaga dan menemani hariku

PadaMu kuserahkan takdirku.

***
Annisa menyudahi solat malam dengan doa-doa syahdu. Ada harap dalam doanya, entah siapa yang dia maksudkan.

Saat akan beranjak tidur, ponselnya menyala menandakan sebuah pesan masuk. Di rainya dari atas meja. Nomer tak bernama.

[Assalamualaikum, sudah istirahat]

[Baru mau istirahat, maaf dari siapa?]

[Terimakasih hidangan berbuka tadi, ikan asin dan sambalnya mantab sekali]

[Iya, kembali kasih]

[Selamat beristirahat]

Annisa tertegun dengan pipi bersemu merah. Ada melodi syahdu dan kupu-kupu yang menari di hatinya.

Dibukanya gorden jendela ditatapnya langit malam penuh bintang yang bercanda dengan bulan sabit.

"Inikah berkah ramadan?"
Annisa menulis sebuah status setelah menyimpan nomor seseorang tadi.

***tamat***

#sebuahfiksi semata, bila ada kesamaan nama tokoh memang sengaja pinjam :-) :-D 


Ramadan6, 11052019
Swarnahati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun