Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Ada Melodi Syahdu dalam Ramadan

11 Mei 2019   09:19 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:25 188 28
Ini Ramadan pertama bagi pengantin baru Julak dan Yora, antara suka dan duka, suka karna suasana baru saat makan sahur dan berbuka bagi Yora, yang biasanya hanya dengan ayah bindanya sekarang ada suami tercinta yang menemani.

Dukanya? Mereka harus menahan hawa nafsu pengantin baru karna berpuasa. Sabaaarrrr

"Yora, nanti buka puasa di rumah abi ya, kita nginap juga di sana beberapa hari ya, kasihan abi sendirian."

"Iya Kak, nanti kita bilang ke bunda ya, aku juga ingin nemani pak ustad, eh abi."

"Kog masih panggil kakak seh?"

"Belum nemu panggilan khusus, ntar masih nyari ya."

"Papa atau Papi atau Yang, kan bisa."

"Kak Julak suamiku bukan orang tuaku, jadi tak boleh aku panggil Papa atau Papi, kalau 'Yang' sudah umum gak seru, ntar jadinya Yang ke berapa?"

"Ha ha iya juga, ya dah cari yang bagus ya panggilannya, jangan lama-lama ntar lebaran keburu datang."

"Ih maunya."

"Siap-siap apa yang harus di bawa, biar gak mondar mandir, ambil barang ketinggalan."

"Abi suka makanan apa kak? Nanti kita bawakan."

"Abi suka apa saja kog, ndak milih milih."

"Baiklah."

____________

Selepas ashar setelah berpamitan Julak dan Yora datang ke rumah abi  Julak, ustad Ropingi.

"Assalamualaikum" mereka berbarengan mengucap salam

"Sepi kak, coba buka pintunya."

""Iya, tak dikunci, ayo masuk."

"Bi ... Abi, Abi dimana, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Abi di sini, lagi kasih makan ikan, wah kedatangan pengantin baru nih, tadi rencana mau telpon mau abi ajak buka bersama."

"Oh iya kah? Kami kangen abi nih, kepikiran abi sendirian ndak ada yang nemani sahur dan berbuka."

"Ya, tinggal di sini saja, ruangan juga ada. Oh ya Lak, tadi abi jalan-jalan sebentar setelah dariasjid, lewat sungai, kog sudah ada yang buang sampah di sana. Nanti tolong buatkan papan tulisan YANG BUANG SAMPAH DOSANYA DILIPAT GANDAKAN, tancepin di pinggir kali ya."

"Iya kah bi? Bandel orang yang sembarangan buang sampah itu. Baik nanti Julak bikin Bi."

"Terus kamu diminta ke rumah Pak Lurah, kalau bisa sekarang, katanya ada yang mau dibicarakan sama kamu."

"Soal apa ya Bi?"

"Urusan sampah, sepertinya begitu."

"Baik Bi, Yora, aku ke pak Zaldy dulu ya, kamu masak buat buka sambil nunggu aku pulang. Abi Julak berangkat. Assalamualaikum."
__________

"Sebaiknya segera kita realisasikan Ramadan ini Pak, supaya kampung kita bersih, setidaknya mereka bisa memisahkan sampah basah dan sampah kering."

,"Iya , karena itu Bapak butuh bantuanmu. Babak juga akan pasang slogan pengurangan sampah plastik."

"Baik Pak, saya usahakan. Bila sudah cukup saya permisi dulu."

"Sebentar Julak ada yang ingin Bapak tanyakan."

"Silahkan Pak, semoga saya bisa menjawab."

"Kenapa waktu itu kamu menolak dijodohkan dengan Annis? Dia sudah dewasa keibuan juga."

Hati julak kaget mendengar yang ditanyakan pak Lurah, tidak menyangka masih mengganjal soal itu.

"Mohon maaf Pak, urusan hati diluar kuasa saya, sudah takdir saya dengan Yora. Mungkin Annis akan berjodoh dengan yang lain."

"Apa selama kalian berteman tidak ada rasa?"

"Tidak Pak, tidak ada sinyal ke rasa, begitu juga dengan Annisa."

"Tapi dia sekarang terlihat tak bersemangat dan sering melamun."

"Semoga segera menemukan jodohnya ya Pak."

"Andai itu kamu Lak."

"Bapak bisa saja, belum sanggup ini juga masih baru Pak, saya nikmati dulu."

Pak Lurah tersenyum sumringah menggoda Julak.

"Saya permisi dulu, sudah mau magrib."

"Iya, silahkan terimakasih sudah menenuhi panggilan saya."

"Iya Pak, assalamualaikum."

Tanpa mereka tahu ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka, ada hati yang mencelos di balik pintu.
________________

La tahzan innallaha maa 'ana

"Abi, sudah lama ya Umi pergi, apa Abi tidak merasa kesepian?"

"Kesepian? Kan Abi banyak teman, ada kamu juga."

"Maksud Julak apa ndak butuh teman hidup lagi?"

"Memang kamu setuju Abi menikah lagi?"

"Kalau itu yang terbaik buat Abi kenapa tidak."

"Abi hanya ngikut apa yang Kuasa mau saja, bila masih ada jodoh ya dijalani."

"Kak, Yora keluar sebentar ya, sama Arlina dan mbak Annisa, mau ke penjahit."

"Iya, hati-hati."

Setelah kepergian Yora, dua generasi itu kembali berbincang asik sambil memberi makan ikan di empang.

"Berumah tangga itu tak mudah, setiap hari belajar, menyatukan dua karakter yang berbeda, jangan terlalu memaksakan kehendak pada istri mu dan jangan berkata kasar."

"Iya , Bi."

"Ini masih awal belum banyak konflik, kalian harus bisa mengatasi, kadang hal sepele bisa jadi penyebab keributan."

"Kalau Abi dulu bagaimana?"

"Ya Abi banyak mengalah saja, tak ada ruginya."

Perbincangan mereka terpotong panggilan masuk dari ponsel Ustad Ropingi.

[Waalaikumsalam, Iya Pak, ada keperluan apa?]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun