Mohon tunggu...
Bening Kalimasada A. K.
Bening Kalimasada A. K. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Lingkungan Universitas Indonesia | Kepala Bidang Riset Teens Go Green Indonesia

Bening sudah berkecimpung di dunia lingkungan sejak 2014. Kiprahnya di dunia lingkungan kini makin dipertajam dengan berkuliah di jurusan Teknik Lingkungan. Dia juga tergabung dalam beberapa organisasi peduli lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

PPKM Darurat, Masalah Sampah Rumah Tangga Mencuat

14 Juli 2021   14:30 Diperbarui: 14 Juli 2021   18:23 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia tentu sudah sangat familiar dengan pandemi covid-19. Tanggal 2 Maret 2020 merupakan permulaan keberadaan covid-19 di Indonesia (WHO, 2020). Sudah lebih dari setahun penyakit menular ini mengiringi hari-hari. Kehadirannya seakan-akan sudah ternormalisasi, hingga menjadikan banyak masyarakat tidak lagi terlalu peduli.

Ketidakacuhan masyarakat akan gentingnya kondisi yang tengah terjadi mendorong peningkatan kasus positif covid-19. Jumlah kasus positif yang pada pertengahan bulan Mei 2021 hanya sebesar 2.000 -- 3.000 kasus per hari, seiring bertambahnya waktu, meningkat hingga hampir 22.000 kasus per hari di akhir Juni 2021 (Ritchie, et al., 2021). 

Lonjakan kasus positif covid-19 juga menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur melonjak tajam melebihi 85% per 23 Juni 2021 (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Hal ini diperparah dengan kedatangan varian virus delta yang kemampuan transmisinya lebih tinggi (WHO, 2021). Tenaga kesehatan akhirnya kewalahan. Sumber daya yang tidak memadai pun menjadi permasalahan.

PPKM sebagai Upaya Pengereman Kasus Positif Covid-19

Untuk mengendalikan penyebaran covid-19, mulai tanggal 3 Juli 2021 diberlakukan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat oleh Presiden Joko Widodo hingga tanggal 20 Juli 2021. 

PPKM Darurat ditujukan untuk menekan kegiatan masyarakat. Berkontaknya manusia yang sudah terinfeksi covid-19 dengan manusia yang lain memungkinkan terjadinya penyebaran virus. 

Virus juga dapat viable pada aerosol setidaknya selama 3 jam. Covid-19 juga dapat bertahan di benda mati, terutama pada benda berbahan plastik dan stainless steel, memungkinkan masyarakat terinfeksi karena memegang benda mati tersebut dan bagian tubuh yang terinfeksi mengenai bagian tubuh lain yang bisa menjadi jalan masuk virus ke dalam tubuh (Doremalen, et al., 2020). 

Maka dari itu, PPKM Darurat diharapkan lebih mendorong masyarakat untuk tidak berkegiatan yang memungkinkan terjadinya mobilisasi dan kontak dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa masyarakat ditekankan untuk tinggal di rumah selama kebijakan PPKM Darurat diberlakukan.

PPKM Darurat, Sampah Rumah Tangga Meningkat

Terjadinya pandemi covid-19 dan penekanan untuk tinggal di rumah menunjukkan dampak terhadap pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan BPS (2020), terjadi peningkatan pembelian bahan makanan oleh masyarakat sebesar 65,8% selama pandemi. 

Angka ini dapat lebih tinggi mengingat bahwa masyarakat kini menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. 

Tidak hanya itu, konsumsi makanan dan minuman jadi juga meningkat sebesar 46,1%. Masyarakat lebih memilih untuk membeli makanan kering, makanan kalengan, dan makanan beku selama pandemi (Statista, 2020). 

Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya meminimalisir risiko penularan virus (Amalia, Bahar, Suhartinigsih, & Soeyono, 2021). Makanan berkemasan juga menjadi salah satu pilihan utama masyarakat karena memiliki usia yang lebih panjang sehingga masih bisa dikonsumsi meski disimpan dalam waktu yang cukup lama (Morrison, 2020). 

Tidak hanya itu, tinggal di rumah menyebabkan masyarakat memanfaatkan layanan pesan antar makanan siap saji sehingga perilaku ini meningkat sebesar 47%. Belanja secara daring juga mengalami peningkatan sebesar 62% (LIPI, 2020). Terdapat juga peningkatan konsumsi produk kesehatan sebesar 73,3% (Badan Pusat Statistik, 2020).

Konsumsi masyarakat yang lebih banyak dilakukan di rumah dapat meningkatkan sampah yang dihasilkan. Bahan makanan yang meningkat dapat mendorong produksi sampah sisa makanan atau sampah dapur. Peningkatan sampah makanan dapat mencapai 45% selama masyarakat ditekankan berada di rumah (Filho, et al., 2021). 

Makanan dan minuman jadi, makanan kering, makanan kalengan, atau makanan beku, serta makanan pesan antar yang tentu berkemasan akan meningkatkan sampah kemasan. Berdasarkan riset oleh Filho et al. (2021), lebih dari setengah respoden (55%) menyetujui bahwa produksi sampah rumah tangga mereka meningkat.

Belanja daring akan meningkatkan produksi sampah kemasan paket yang digunakan untuk mengemas barang agar aman sampai ke pelanggan. Dalam hal ini, 96% paket belanja daring masyarakat berbahan plastik yang tidak jarang tidak dapat didaur ulang (Setiawan & Tobing, 2020). 

Dalam penelitian lain, kemasan berbahan kertas dan kardus ternyata meningkat hingga 40% dan kemasan plastik bertambah lebih dari 50% selama masyrakat berada di rumah. Peningkatan pembelian produk kesehatan, termasuk masker medis, meningkatkan sampah medis yang dihasilkan oleh rumah tangga hingga lebih dari 20% (Filho, et al., 2021).

Sinergi Peduli Covid-19 dan Lingkungan

PPKM Darurat atau kebijakan penekanan tinggal di rumah lainnya seharusnya tidak menimbulkan permasalahan baru, termasuk permasalahan lingkungan. Hal ini harus diupayakan oleh berbagai tingkatan masyarakat.

Dari tingkat individu, masyarakat dapat meminimalisir sampah rumah tangga dengan melakukan berbagai hal. Masyarakat perlu melakukan pengurangan produksi sampah dengan mencegah konsumsi yang berlebihan. Masyarakat perlu sadar dengan kebutuhan yang diperlukan dan tidak melakukan panic buying yang selain dapat menimbulkan peningkatan sampah juga menciptakan keresahan lain.

Masyarakat dapat memikirkan alternatif produk yang lebih ramah lingkungan, seperti produk berkemasan daur ulang, produk ukuran kebutuhan keluarga, atau yang tidak menghasilkan sampah. 

Saat belanja, sembari mematuhi protokol kesehatan, masyarakat dapat membawa tas belanja dan wadah guna ulang sendiri. Upaya ini akan mengurangi sampah kemasan.

Produksi sampah dari beberapa kebutuhan rumah tangga memang tidak bisa dipungkiri. Masyarakat dapat mengatasinya dengan melakukan pemilahan sampah. 

Pemilahan sampah akan dapat menjadikan masyarakat menangani sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, terlebih di masa pandemi banyak masyarakat yang mulai membangun hobi bercocok tanam.

Sampah non organik dapat dipakai ulang, didaur ulang, bahkan dijual. Sampah B3 yang di dalamnya mencakup sampah medis dapat dipisahkan dengan wadah tersendiri agar tidak terjadi reaksi dengan sampah jenis lainnya.

Tidak hanya masyarakat, industri manufaktur juga perlu sadar akan perannya dalam produksi sampah di masa pandemi. Perlu dilakukan inovasi produk yang tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat namun mencegah makin menumpuknya sampah. Produk berkemasan bahan daur ulang, fitur Return to Recycle, atau invovasi lain perlu digalakkan.

Analisis Life Cycle perlu menjadi dasar bagi industri manufaktur dalam melakukan usahanya agar memastikan produknya tidak mendorong pencemaran lingkungan sejak proses hulu hingga hilir.

Pemerintah pun perlu turun tangan dalam hal penanganan produksi sampah. Sistem manajemen sampah perlu ditingkatkan kualitas ataupun kapasitasnya. Infrastruktur pengelolaan sampah perlu menekankan proses pengumpulan dan pemisahan sampah rumah tangga. 

Proses pengolahan sampah juga harus dilakukan dengan lebih efisien. Kebijakan pajak terkait dengan produksi sampah ke pihak industri juga dapat diterapkan agar mendorong industri untuk semakin berhati-hati dalam melakukan usahanya.

Fenomena meningkatnya sampah rumah tangga akibat pandemi dan kebijakan berada di rumah, termasuk PPKM Darurat, menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan patut diselaraskan dengan kesadaran lingkungan. 

Momen ini seharusnya menjadi momentum bagi seluruh lapisan masyarakat untuk sadar betapa kegiatan yang dilakukan sehari-hari dapat berdampak serius terhadap lingkungan. 

Upaya peduli terhadap kesehatan dan lingkungan perlu disinergikan sehingga nantinya manusia dapat hidup dalam kondisi yang aman dan sehat, serta lingkungan pun tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun