Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benarkah Krisis Cinta sebagai Krisis Terbesar Zaman Ini?

16 November 2018   21:41 Diperbarui: 17 November 2018   06:17 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(iStockphoto/cindygoff) | Kompas.com

Krisis utama yang dihadapi manusia modern ialah krisis cinta. Teresa dari Calcuta (1910-1997) pernah mengatakan, Krisis terbesar yang dihadapi manusia jaman ini bukan terutama karena kekurangan makanan, tetapi merasa tidak dicintai dan tidak dipedulikan oleh sesamanya.

Pernyataan ini tentu bukan sebuah spekulasi. Teresa sungguh melihat dan mengalami kenyataan ini dalam dunia modern, terutama dalam pelayananya di India.

Bahkan, kita sendiri pun merasakan dan melihat krisis ini dalam hidup bermasyarakat dan sungguh sangat memprihatinkan. Betapa tidak, di zaman ini, mencintai orang lain menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Kenyataan hidup sehari-hari menunjukkan dengan jelas hal ini.

Orang yang saling mencintai tidak bertahan dalam hubungan cinta mereka, banyak keluarga hancur dan terpecah-pecah, banyak persahabatan tidak bertahan lama, dan krisis-krisis hubungan yang  terjadi dalam komunitas religius bukan rahasia lagi.

Persoalan-persoalan ini memperlihatkan bahwa krisis cinta menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius dari semua pihak.

Enta kaum religius ataupun masyarakat, mesti bekerja sama untuk menghadapi krisis ini. Namun untuk sampai pada penanganan, kita mesti menggali akar persoalannya. John Powell, SJ dalam bukunya Cinta Tak Bersyarat mengemukakan beberapa penyebab krisis cinta di zaman ini.

"No time for love"

John Powell menulis, "Oleh masyarakat modern, cinta (kasih) dianggap tidak cocok lagi sebagai prinsip hidup yang berarti untuk menjadi benar-benar bahagia. Prinsip cinta (kasih) tidak lagi mendapat tempat di hati masyarakat".

Hal ini benar adanya. Gaya hidup yang dipilih kebanyakan orang dan motif-motifnya, sungguh menggambarkan krisis ini. Gaya hidup yang dipilih itu seolah mengatakan bahwa kasih itu tidak ada.

Tiada waktu untuk mengasihi. Selalu muncul pertanyaan, apa untungnya bagiku jika aku mengasihi orang lain? Bahkan banyak masyarakat selalu berusaha mempertanyakan dan meragukan akan adanya kasih sejati serta kemungkinannya. Konsekuensinya ialah hal-hal yang berbau agama dihindari dan dijauhkan dari perbincangan dan penghayatan hidup sehari-hari.

Ketika cinta tidak lagi menjadi prinsip hidup, banyak orang mengevaluasi kembali kehidupan mereka. Demikian Powell menulis, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun