Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mengapa Atribut Kampanye Tak Lebih dari Sekadar Sampah Visual?

26 Januari 2024   20:07 Diperbarui: 28 Januari 2024   08:23 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemasangan bendera partai yang ugal-ugalan, ruas Jalan Mampang Raya. (Sumber: KOMPAS/Totok Wijayanto)

Bukan rahasia lagi bahwa baliho caleg dan bendera partai politik lebih sering menjadi simbol kecerobohan daripada representasi politik yang serius. 

Pemasangan sembarangan dan ugal-ugalan tanpa pertimbangan telah menciptakan neraka jalanan, di mana warga yang tidak bersalah menjadi korban dari ketidaktanggungjawaban politik.

Ketidakpedulian terhadap dampak sosial dan keselamatan hanya mencerminkan betapa politikus lebih memilih mengejar popularitas daripada memikirkan rakyatnya. 

Baliho yang terhuyung-huyung di pinggir jalan adalah manifestasi fisik dari politikus yang lebih peduli pada citra daripada esensi kehadiran sebenarnya di tengah-tengah masyarakat.

Kesadaran akan risiko dan bahaya yang ditimbulkan oleh baliho dan bendera partai harus menjadi panggilan untuk tindakan nyata. Demokrasi bukanlah panggung sirkus di mana nyawa dan keselamatan warga negara menjadi taruhan untuk popularitas politisi.

Sudah waktunya politisi menyadari bahwa keseriusan mereka harus tercermin dalam tindakan nyata dan tanggung jawab terhadap masyarakat.

Pengaruh pada Lingkungan


Dalam pertarungan politik yang semakin brutal, alat peraga kampanye juga tidak hanya menjadi ancaman keselamatan dan sampah visual, tetapi juga ketidakpedulian terhadap keberlanjutan lingkungan. 

Keironisan ini semakin menguat dengan munculnya pertanyaan kritis saya mengenai nasib baliho dan spanduk setelah pemilu berakhir.

"Kemana arah alat peraga kampanye tersebut setelah pemilu berakhir?" 

Apakah kita dapat berharap bahwa APK tersebut akan didaur ulang, ataukah kita hanya akan menyaksikan penumpukan sampah yang tak terkendali? 

Rasa pesimisme muncul ketika kita menyadari bahwa harapan untuk penggunaan kembali baliho dan spanduk (reuse) tersebut dalam pemilu berikutnya adalah sekadar ilusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun