Hari-hari setelah itu berjalan normal. Lintang bahkan berusaha melupakan naskah yang dikirimkan agar tidak kecewa. Namun, dua minggu kemudian, ketika pengumuman lomba dibacakan, jantungnya berdetak kencang. Ia tidak menyangka ketika mendengar namanya disebut sebagai salah satu pemenang harapan. Bukan juara utama, tapi cukup untuk menyalakan api dalam dirinya.
Sore itu, saat berjalan pulang, Lintang mendongak ke langit. Untuk pertama kalinya, ia merasa gemawan mimpi itu turun lebih dekat, seakan siap menurunkan hujan keberanian. Ia tersenyum senyum sederhana, tetapi penuh keyakinan. Ia tahu, jalan menuju mimpinya masih panjang, tetapi kini ia sudah memiliki kompas penanda arah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI