Nama Keling sudah ngga asing lagi, disebut Keling karena warna kulitnya yang hitam, sesuai postur tubuhnya yang tinggi.
Hampir semua masyarakat desa Padukuhan kenal dia, bukan karena hitamnya, tapi celotehnya yang kerap bisa dikatakan : berkotbah.
Maka Keling dijuluki Kyai, Kyai Keling.
Keling acuh saja dengan julukan itu, entah tulus atau menyindir, lempeng aja sikapnya diluar profesinya asisten tukang, baik tukang kayu maupun tukang bangunan, merangkap tukang cuci piring jika ada warga yang hajatan.
Bahkan wargapun menganggap ada yang kurang jika dalam kumpulan atau pas jaga malam ngga ada dia, sepi.Â
Lucunya warga tak banyak yang protes, jika dalam alur obrolan Keling selalu berceramah kehidupan, dan ada benarnya apa yang dikatakannya.
Hingga ada acara kumpulan arisan malam ini, beberapa warga masih betah duduk diteras, Keling tampak senyam-senyum, sesekali menyeruput kopinya dan menghisap rokok kretek kegemarannya
" Hidup ini memang tambah susah, anak sudah lulus, masuk kuliah jurusan hukum malah masuk jurusan ekonomi ", kata Dono, ketua RT yang baru dipilih.
" Memang begitu anak jaman sekarang, mereka suka dengan kemauan sendiri", Sono menimpali
" Â Masih mendingan mau kuliah, anak saya Tarso udah lulus SMK jurusan mesin malah ndak mau kerja, malah mainan burung merpati ", Gito mengeluh
Belum sampai Dono berbicara, seperti biasanya Keling menimpali pembicaraan itu.
" Walahhh pakkk....pakkkk....biarakan saja tooo.... Anak itu sudah punya tempat dan tugas masing-masing didunia. Sudah suratan dari Gusti Allah "