Mohon tunggu...
OmEfen
OmEfen Mohon Tunggu... -

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tekatku Sudah Bulad

11 November 2015   18:52 Diperbarui: 22 Maret 2019   15:31 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sore yang cerah waktu itu dihiasi senja, datang lah Bedul kerumah Panjul yang sedang sakit kepala. Dengan semangat, Bedul ke rumah Panjul untuk menjenguknya. Selain ingin menjenguk Panjul yang sedang sakit kepala, Bedul ingin mengungkapkan sesuatu yang ada dikepala, hati serta dengkulnya.

Seperti biasa, sesampainya di rumah Panjul, Bedul langsung nyelonong ke kamar Panjul. Setelah sampai kamar Panjul, si Bedul langsung mengambil spidol dan menulis sebuah kata-kata di papan whiteboard yang tergantung di tembok kamar Panjul, yang secara jelas dapat dilihat dari tempat tidurnya Panjul

Tulisan diatas "TEKATKU SUDAH BULAD" tertulis di whiteboard dengan jelas  dan berdiri seseorang di depan tulisan itu tak lain adalah Bedul semprul, teman karib Panjul yang sedang memperhatikan tulisannya. dan disitulah awalmula terjadinya sebuah percakapan diantara kedua teman yang koplak ini.

"Coba Njul, keren gak makna dari tulisanku itu?" tanya Bedul kepada Panjul.

"Tekatku sudah bulad." Panjul membaca tulisan yang terpampang di papan whiteboard kamarnya dengan ketawa geli, "kayak tahu saja pakek bulat, apa gak sekalian tekadku sudah bundar kayak donat gitu." Celoteh Panjul yang sedang tiduran leyeh-leyeh di kasurnya sambil mijit-mijitin kepalanya yang agak senut-senut.

"Ya semuanya itukan berawal dari tekad Njul," sahut Bedul sambil ikutan leye-leye di sampingnya Panjul. "Kalo tekad atau kemauan saja gak punya, bagaimana mimpi atau keinginanmu jadi kenyataan?"


"Ini bukan masalah punya atau gak punya tekad Dul," sahut Panjul, "Cuman aku bingung, yang kamu tekadkan itu apa?" tanya Panjul sembari leye-leye di kasur. "Orang tulisannya cuman tekadku sudah bulat, lah terus untuk apa tekadmu itu, dan kamu itu tekat mau apa?, aku sih kawatir, kalo kamu itu nekat pingin jadi orang gila, setres, sempel dan telanjang disamping jalan."

"hehehe, matamu itu Njul, ya adalah pokoknya, yang penting ketikah kita sudah bertekad untuk melakukan apa yang kita tekadkan tersebut, maka kita akan mendapatkan apa yang sudah kita tekadkan tersebut walupun sejengkal” sahut Panjul dengan semangat dan kepalan tangan.

"Oke, kira-kira tekadmu apa?" tanya panjul agak sedikit lemes

"Tekadku besar Njul, karena aku yakin semakin besar tekad kamu atas sesuatu hal, maka akan semakin dekat hal tersebut akan terjadi”

"Iya aku tauh, tapi sesuatu hal yang kamu tekadkan itu apa?, Kamu itu bertekad untuk apa?, tekadmu itu sudah bulat untuk apa?" tanya Panjul kepada Bedul dengan intonasi yang sabaaarrr banget.

”Tekad yang kuat didasari dengan niat yang kuat.” Jawab Bedul dengan intonasi rendah dan sabar juga, " jadi kita itu Njul, kalo punya tekad harus kuat dan didasari niat yang kuat, dan ingat, motivasi ini buat kita, kita itu adalah, kamu, aku dan semuanya."

"Iya aku paham, maksud aku itu, tekadmu itu untuk apa?, contoh nih Dul, tekadku sudah bulat untuk menjadi Kompasianer, tekadku sudah bulat untuk mendaki Gunung Semeru, atau tekadku sudah bulat untuk njitak kepalanya Bedul semprul amburadul," celoteh Panjul sambil menghirup nafas dalam-dalam. "Jadi gitu loh Dul kamsudku ituuu, lagi pula kenapa kamu nulis tekad akirannya pakek huruf t, bukannya pakek huruf d? dan nulis bulat akirannya pakek huruf d bukan huruf t, terbalik looh Dul"

"Ya sudah kalo kamu sudah paham, aku senang kalo kamu paham, karena diantara teman-temanku, kamu orangnya yang sedikit cerdas, dan ingat! aku cuman bilang sedikit, sedikit itu artinya gak banyak. mengenai akiran tulisan tekad dan bulat menggunakan huruf t atau d itumah terserah akulah Njul, toh juga tuli-tulisanku dan pake tanganku juga, yang penting kamu bisa paham, itu yang membuatku lebih senang."

"Waduh Dul, kok kayaknya pembicaraan kita agak gak nyambung ya, gendeng lama-lama aku ini Dul, setres aku kalo ngomong sama kamu, aku itu bingung, kamu ngomong kemana dan aku ngomong kemana" jawab Panjul sambil menghela nafas panjang dan lemas.

"Gak masalah Njul, kalo kamu bingung itu tandanya kamu sedang berfikir sunggu-sungguh, dan sebelum kamu paham dengan perkataanku memang harus bingung dulu, karena perkataanku itu bukan sembarang perkataan, dan orang-orang khusus yang langsung bisa mengerti perkataanku tanpa bingung"

"Sudah DIAAAMM, gak kuat aku Dul, dasar semprul kamu, kepalaku itu dari tadi sudah cenat cenut, kamu tambahin omongan yang bikin darah tinggih. intinya tekadmu itu apa?" jawab Panjul esmosi

"Yaa Tekad adalah separuh keberhasilan Njull" Jawab Bedul dengan cepat.

"Haduh, pusing kepalaku, kamu itu gak paham dengan pertanyaanku, sudah DIAM dan jangan bicara lagi, pokoknya kamu harus diam dan jangan ada suara sedikitpun!" Bedul berceloteh sambil memijat-mijat kepalanya yang mau pecah.

“Pokoknya Percayalah, kamu harus mempunyai tekad untuk dapat meraih apa yang kamu cari yang akhirnya kamu akan menikmati hasilnya” Tambah Bedul lagi.

"Jangkrik ini, DIAM, kamu DIAM kepalaku ni pusing mau pecah, sudah, semakin emosi aku, kalo kamu gak diam, kamu kalo hutang aku gak aku kasih loh! dah diam!" Bedul berbicara sambil memijat-mijat kepalanya yang semakin cemut-cemut pusingnya, seperti dijitakkin orang sekampung dan kepalanya seperti dipentungin tukang pipa ledeng.
..................................................

...................................................................
Suasana jadi hening, sesekali hanya terdengar rintihan Panjul yang sakit kepala semakin parah akibat kedatangan Bedul dan tekadnya.

........................................................
..................................................

Tak lama kemudian


"Kamu kentut Dul" tanya Panjul sembari mercing-mercing.
"................" Dan bedul hanya mengangguk sambil senyam-senyum.
"Dasar Semprul kamu, kurang ajar, tau kentut gitu mbok ya bilang apa pindah tempat kentut sana."
"Bukannya tadi aku disuruh diam?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun