Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Carilah Dahulu Kerajaan Allah, Semuanya Akan Ditambahkan!

19 Juni 2021   09:24 Diperbarui: 19 Juni 2021   09:34 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Sabtu 19 Juni 2021

Mat 6:24 Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda :"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Renungan

Bacaan Injil hari ini mengingatkan pengalaman saya mendampingi bapak ketua lingkungan menjelang wafatnya. Suatu saat saya saya diminta tolong ikut mendoakan bapak ketua Lingkungan yang opname di rumah sakit dalam keadaan kritis. Saya bisikkkan di telinganya, "Pak anak istri hadir semua di sini mendampingi. Bapak pernah sharing pengalaman hidup. Bapak begitu mengingat  sabda Yesus "Lihatlah burung-burung di udara, yang tidak menabur, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga". Benar sekali sabda itu pak. Dalam kerapuhan ini, mari pasrahkan diri dan segala kekuatiran terhadap anak dan istri. Dalam hati, mari ikuti doa ini  "Yesus saya serahkan jiwa raga ini, anak dan istri kedalam tangan-Mu ... Yesus saya serahkan jiwa raga ini, anak dan istri kedalam tangan-Mu ... Yesus saya serahkan jiwa raga ini, anak dan istri kedalam tangan-Mu. Amin!". Dengan berulang kali jeda,  selama sekitar tiga jam saya bisikkan doa tersebut. sampai bapak ini diperkenankan menghadap-Nya.

Kekawatiran akan hidup, akan apa yang mau dimakan dan dipakai, akan masa depan hari esok adalah hal-hal yang dapat menyelinap mengganggu konsentrasi kehidupan yang sebenarnya. Ketakutan akan ketidak pastian hidup dapat membuyarkan fokus sejati kehidupan.

Yesus menawarkan, komunitas murid-murid-Nya, di dalam keadaan sulit, gelap, bingung tak tahu mau berbuat apa, tak berdaya, diliputi ketakutan dan kekawatiran, fokus dan konsentrasi perhatian hidupnya mesti tetap berpegang kepada penyelenggaraan ilahi. Mereka begitu bernilai, berharga, sehingga Allah tidak akan abai, apalagi lalai. Campur tangan dan keterlibatan-Nya dalam kehidupan keseharian komunitas-Nya selalu datang pada saat yang tepat, saat-Nya. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?  Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?"

Justru di dalam kesulitan, kegelapan, kebingungan tak tahu mau berbuat apa, ketak berdayaan, kelemahan, kesesakan hidup, ketakutan dan kekawatiran semestinya fokus dan konsentrasi kehidupan tidak bergeser dari penyertaan-Nya. Memang dalam keadaan krisis demikian mudah tergoda untuk memprotes-Nya. Seorang bapak yang belasan tahun stroke  mengumpat Tuhan, dengan menyebut-Nya -- maaf - "bajingan". Memprotes tidaklah menyelesaikan masalah. Kenapa tidak memilih sebagai waktu untuk memproses memurnikan, mensejatikan iman akan penyelengaraan-Nya. Dalam keadaan apapun, di mana pun titik pusat perhatian kehidupan adalah kehendak Allah, bukan keinginan dan kemauan pribadi. "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.  Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

            Memusatkan diri pada kehendak Allah. Menyesuaikan kemauan diri dengan kemauan-Nya. Mengabulkan kehendak-Nya,  bukan kehendak sendiri. Jadilah kehendak-Mu, bukan jadilah kehendakku. Memprioritaskkan kehendak Allah sebagai Tuhan sejati kehidupan. Yang memprioritaskan kehendak Allah, dampak sejatinya kepentingan diri dan sesama, berkat penyelenggaraan ilahi mesti juga terpenuhi. Semuanya ditambahkan sebagai bonusnya.

Jika mau hidup sejati, tidak dapatlah menyelam sambil menghirup air. Tidak "mangro", bercabang menduakan. Begitu seseorang memprioritaskan diri sendiri, pastilah liyan, termasuk Tuhan Allah ditinggalkan. Ia kehilangan segalka-galanya. Maka "tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri saat mengalami krisis kehidupan? Memprioritaskan terwujudnya kehendak Allah,  atau meninggalkan-Nya? Sungguhkah mencari dulu kerajaan Allah dan kebenaran? Ataukah membangun kerajaan diri sendiri dan kesesatan menanggalkan Allah?

Yang memprioritaskan kehendak Allah, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Bonus tambahan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun