Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pariwisata Berbasis Masyarakat, Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Berkelanjutan di Desa Wisata Saba Baduy

4 Januari 2024   20:41 Diperbarui: 6 Januari 2024   08:35 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Saba Baduy Luar, sumber doc. pribadi

Geliat dunia pariwisata saat ini menunjukkan optimisme yang positif. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan ke Indonesia setelah pandemi Covid 19.

Menurut data dari bps.go.id, pada September 2023 kunjungan wisatawan mancanegara meningkat secara kumulatif sebesar 143,41 persen yaitu 1,07 juta kunjungan dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2022. 

Sedangkan untuk kunjungan wisatawan nusantara naik 13,36 % atau sebesar 192,52 juta perjalanan.

Pariwisata Berbasis Masyarakat

Adanya keterlibatan masyarakat setempat untuk pelaksanaan dan membuat program pariwisata merupakan bagian dari konsep pariwisata berbasis masyarakat. Salah satu destinasi wisata yang melibatkan keterlibatan masyarakat adalah desa wisata.

Keberadaan destinasi wisata yang berbasis alam desa,  bermula dari sebuah desa yang biasa saja. Namun karena desa tersebut mempunyai keunikan tersendiri, akhirnya menarik perhatian orang untuk berkunjung. Alhasil desa tersebut berkembang menjadi destinasi yang disebut desa wisata.

Desa Wisata 

Keberadaan desa wisata menarik minat banyak orang terutama orang yang tinggal di kota besar. Daya tarik desa wisata terdapat pada kearifan lokal. 

Contoh kearifan lokal seperti ritual budaya, pembuatan makanan tradisional, menenun kain tradisional, atraksi seni, nilai-nilai luhur yang dianut sampai keindahan alam yang terdapat di desa wisata.

Memutar Roda Ekonomi

Seiring berkembangnya internet di era digital, sebagian besar desa wisata semakin diketahui keberadaannya melalui media sosial. Pelaku promosinya adalah wisatawan yang mengunjungi desa wisata tersebut.  

Biasanya sebagian wisatawan mendokumentasikan dirinya kala sedang berkunjung ke desa wisata. Setelahnya mengunggah dokumentasi perjalanannya berupa video atau gambar. Unggahan tersebut semakin informatif ketika ditambahkan caption atau keterangan singkat mengenai sesuatu hal yang menarik di desa wisata setempat.

Bagi penduduk desa wisata sendiri kedatangan wisatawan tentu menjadi berkah tersendiri. Supaya wisatawan terkesan maka segala keunikan yang ada di desa dikemas dalam paket wisata. 

Adanya paket wisata membuat wisatawan yang berkunjung  mempunyai gambaran umum tentang kegiatan yang bisa dilakukan di desa wisata. Hasil penjualan paket wisata akan kembali ke penduduk desa sehingga  roda ekonomi masyarakat desa ikut berputar.

Nilai - Nilai Luhur

Sebagian besar desa wisata masih mempertahankan nilai-nilai luhur dan meyakini pantangan yang dirangkum dalam aturan tak tertulis. Adanya aturan tak tertulis ini berasal dari leluhur sejak jaman dahulu kala.

Aturan tak tertulis dari leluhur wajib dipatuhi baik penduduk desa maupun wisatawan jika berkunjung ke desa. Aturan tak tertulis ini memuat nilai-nilai luhur yang masuk dalam  kearifan lokal. 

Selain nilai - nilai luhur, aturan tak tertulis juga memuat sanksi atau hukuman bagi yang melanggar aturan tersebut.

Pengalaman di Desa Wisata Saba Baduy

Pada bulan Maret 2022 Saya berkesempatan mengunjungi Desa Wisata Saba Baduy. Lokasi tepatnya ada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten. Desa wisata ini berjarak 40 km dari Rangkasbitung Banten.

Desa Saba Budaya Baduy, dibagi menjadi dua wilayah yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Ada dua tanda pembeda  antara masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. 

Pada masyarakat Baduy Luar terlihat menggunakan ikat kepala dan baju warna hitam. Sedangkan masyarakat Baduy Dalam terlihat menggunakan ikat kepala dan baju warna putih. 

Wilayah Baduy secara keseluruhan dihuni 26.000 jiwa. Topografi desa terletak diketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis desa ini berupa bukit dan perkebunan. 

Jembatan Gajeboh dan Perbatasan

Perbatasan wilayah Baduy Luar dan Baduy Dalam dipisahkan sebuah jembatan yang terbuat dari anyaman akar pohon. Nama jembatan tersebut adalah Jembatan Gajeboh. Di bawah jembatan mengalir sungai Ciujung yang mempunyai arus sangat deras.

Durasi perjalanan wisatawan dari pintu masuk Baduy Luar sampai ke Jembatan Gajeboh memakan waktu 2 jam. Perjalanan dilakukan dengan cara treking berjalan kaki pada tanah yang berundak. Jika wisatawan ingin sampai ke wilayah Baduy Dalam, harus treking lagi selama 3 jam perjalanan.

Jembatan Gajeboh sumber: doc. prbadi
Jembatan Gajeboh sumber: doc. prbadi

Kegiatan Baduy Luar

Sebagian besar wisatawan biasanya berkunjung hanya sampai Jembatan Gajeboh atau di perbatasan wilaya antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. 

Pada wilayah Baduy Luar, wisatawan bisa melihat sebagian perempuan sedang melakukan kegiatan membuat kain tenun khas Baduy. Proses menenun-nya  menggunakan alat tenun bukan mesin.

Kegiatan lainnya , wisatawan bisa minum air nira yang baru diambil dari pohon nira. Wisatawan juga bisa melihat pembuatan gula nira dan makan durian khas Baduy jika sedang musim durian. 

Beberapa upacara adat juga sering dilakukan seperti upacara saat akan menanam padi, upacara saat masuk musim panen padi, upacara pernikahan sampai upacara menyambut kelahiran bayi.

Membuat kain tenun di Desa Baduy Luar, sumber: doc.pribadi
Membuat kain tenun di Desa Baduy Luar, sumber: doc.pribadi

Kearifan Lokal

Kearifan lokal warga Baduy terletak pada kegiatan harian yang berjalan tanpa bantuan listrik modern sebagai sumber energi. Warga Baduy menolak segala bentuk peradaban seperti listrik dan teknologi. Alasannya sesuai pesan wasiat dari leluhur supaya kehidupan masyarakat Baduy terjaga kemurniannya. 

Warga Baduy juga tidak menggunakan produk peralatan mandi dan cuci seperti sabun dan shampoo yang terbuat dari bahan kimia. Selama berkegiatan di luar rumah, warga Baduy juga tidak menggunakan alas kaki.

Alat transportasi berbentuk kendaraan baik roda dua maupun roda empat juga tidak boleh digunakan pada kedua wilayah desa Baduy

Untuk kegiatan memasak warga Baduy tidak menggunakan bahan bakar LPG. Kayu bakar atau dahan dan ranting kering menjadi sumber bahan bakar di dapur rumah mereka.

Mata pencaharian

Mata pencaharian warga desa Baduy adalah berkebun atau peladang, petani, pedagang dan pemandu wisata. Khusus bagi warga yang berdomisili di  Baduy Luar diperbolehkan menjual barang dagangan ke luar Desa Baduy.

Barang dagangan yang dijual warga Baduy Luar adalah olahan hasil kebun seperti; madu, gula nira, panenan hasil kebun atau ladang seperti buah-buahan, sayur mayur , kain tenun dan aksesoris cindera mata untuk wisatawan.

Menariknya karena area Desa Baduy Luar terbuka untuk dikunjungi wisatawan maka sebagian warga Baduy Luar mempunyai profesi menjadi pemandu wisata lokal. Jadi siapapun yang berkunjung ke Desa Baduy akan dipandu oleh warga  Baduy Luar.

Durian dari warga Baduy Dalam, sumber: doc. pribadi
Durian dari warga Baduy Dalam, sumber: doc. pribadi

Pariwisata Berkelanjutan

Desa Saba Baduy menjadi contoh bagaimana pariwisata dikelola secara berkelanjutan. Pengelolaan desa wisata diserahkan pada masyarakat dan  mengikuti aturan pemimpin desa. 

Suku Baduy mempunyai pemimpin yang disebut Pu'un. Untuk asisten pemimpin Suku Baduy disebut Jaro sedangkan pemimpin adatnya disebut Kejeroan.

Suku Baduy memegang teguh nilai-nilai dari leluhur bahwa manusia harus berdampingan dengan alam. Manusia yang menyesuaikan diri dengan alam, bukan alam yang menyesuaikan diri dengan manusia. Alam tidak boleh dirusak begitu saja demi memenuhi kepentingan manusia.

Untuk itu semua kegiatan warga desa masih alami dan jauh dari peradaban.  Jika dilihat dari cara masyarakat Baduy berkegiatan maka lingkungan desa akan tetap lestari dan berkelanjutan sampai generasi berikutnya. 

Penutup

Pariwisata berbasis masyarakat tidak memperlakukan destinasi wisata hanya sebagai objek semata tanpa memikirkan keberlanjutannya. 

Adanya peran serta masyarakat dalam mengelola desa wisata menjadi bukti bahwa masyarakat desa lebih mempunyai pemahaman tentang desa nya sendiri. Masyarakat desa membawa serta nilai-nilai luhur dalam menata desanya. 

Hal ini terjadi karena masyarakat desa adalah pemilik desa yang lahir dan besar di desa tersebut. Sehingga mereka lebih mengerti tentang nilai-nilai luhur dari nenek moyang untuk dilestarikan.

Jadi desa wisata mana saja yang sudah dikunjungi?

Referensi:


https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/11/01/2047/kunjungan-wisatawan-mancanegara-pada-september-2023-tumbuh-52-76-persen-bila-dibandingkan-bulan-yang-sama-pada-tahun-lalu.html

https://travel.kompas.com/read/2022/10/16/070400427/mengenal-desa-wisata-saba-baduy-tempat-tinggal-suku-badui-di-banten?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun