Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Rasa Dua Jiwa untuk Satu Nama

15 Oktober 2020   12:48 Diperbarui: 15 Oktober 2020   16:52 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta sumber Pribadi

Halo semua..namaku Alena yang mempunyai saudari kembar bernama Alini. Sebagai anak perempuan yang terlahir kembar identik, aku dan saudariku nyaris mempunyai kesamaan yang mirip 90 persen. Mulai dari cara makan, berpakaian, hobi, perilaku, kebiasaan sampai cara berbicara dan mengungkapkan pendapat. Kedua orang tua kami sedari dini sudah berusaha membedakan kami. Apapun yang dikenakan pada kami pasti akan diberikan yang berbeda. Jika Alini dipakaikan baju berwarna kuning maka aku akan dipakaikan baju berwarna merah, begitu pun segala aksesoris akan berbeda warnanya. Tujuannya supaya bisa membedakan karena kemiripan kami nyaris identik sama persis. Jika orang tua kami saja sulit membedakan bagaimana dengan orang lain.

Namun ada satu tanda lahir yang ada pada diriku dan tak terdapat pada diri Alini. Tanda itu berupa "toh" menyerupai tahi lalat serupa flek hitam kecil sekali. Letaknya ada diujung pangkal paha kaki sebelah kananku. Nah kalian bisa bayangkan untuk membedakan kami berdua menjadi bertambah sulit karena harus membuka pakaian kami dan memeriksa tanda "toh" tersebut. Untuk alasan itulah ayah dan ibu berusaha membedakan identitas kami berdua dengan memakaiakan sesuatu yang terlihat kasat mata. Seperti dari pakaian dan aksesoris berbeda. 

Oya kami berdua punya rambut keriting yang susah panjang. Jadi waktu itu ada tetangga ibuku yang menyarankan supaya salah satu dari kami dipanjangkan saja rambutnya untuk pembeda. Namun hal tersebut sulit dilakukan karena rambut keriting yang kami punya memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Kalau kami berdua terlahir sebagai laki-laki, mungkin tidak ada masalah. Karena tinggal dipangkas botak saja salah satu dari kami. Masalahnya kami berjenis perempuan jadi hal tersebut tidak mungkin dilakukan.

Kini kami berdua tumbuh menjadi gadis remaja. Usia kami memasuki angka 17 tahun. Kata orang masa - masa paling menyenangkan. Kami sekolah di tempat yang sama. Hanya saja kami tidak ditempatkan pada satu kelas yang sama. Ya, lagi - lagi ini untuk membedakan aku dengan saudariku. Usia 17 tahun kata orang adalah usia puber dimana mulai mengenal cinta pertama. Hal itu terjadi juga pada kami berdua.

Diam - diam aku dan saudari kembarku menyimpan rasa suka pada seseorang. Orang itu adalah Vano, kakak kelas yang sering mengikuti lomba olimpiade matematika mewakili sekolah kami. Orangnya pendiam namun senang mengajari siapa saja teman-teman yang kesulitan memahami pelajaran matematika. 

Aku dan Alini saling terbuka satu sama lain ketika bercerita tentang rasa "suka" pada Kak Vano. Kami berdua hanya bisa memandang "idola kami" dari jauh jika ia sedang bermain basket atau sedang duduk di kantin sekolah.

Menurut pengamatan kami banyak anak perempuan yang suka dan naksir Kak Vano. Namun untuk urusan percintaan sepertinya Kak Vano tidak begitu peduli. Yang ada dikepalanya hanya belajar dan belajar. Wuih..hebat ya..disaat remaja lain senang dengan dunia sosial media kak Vano santuy menekuni matematika. Konon dari cerita yang kudengar Kak Vano ingin melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa setelah lulus SMA. Wah... semakin kagum saja aku dan saudari kembarku dengan beliau.

Sampai suatu hari ketika pulang sekolah, kondisi hujan turun dengan deras. Pak supir yang biasa menjemput kami belum juga menampakkan batang hidungnya. Akhirnya kami sepakat menunggu di teras halaman sekolah. Sebagian teman - teman sudah meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah. Ada yang hujan - hujanan, ada yang naik motor pribadi,ada yang dijemput dan sebagainya. Aku dan Alini mendapat kabar melalui pesan singkat dari ayah jika mobil yang dikemudikan pak supir sedang mogok. Maka aku dan saudariku diminta pulang ke rumah naik kendaraan online saja. 

Tapi.. pesan kendaraan online dijam sibuk dan dalam keadaan hujan adalah sesuatu yang mustahil. Karena biasanya pasti penuh orderan. Berkali-kali memesan melalui layanan aplikasi online yang tampak dilayar gawaiku hanya peringatan loading saja tanda  sedang mencari driver. Huhh menyebalkan sekali kalau sudah hujan. Mana perut lapar dan ibu kantin sudah menutup tempat jualannya. 

Saat sekolah sudah mulai sepi, aplikasi di gawaiku memberi notifikasi pesan bahwa ada driver yang sedang menuju ke sekolah kami. Wah senang sekali. Seketika kami bergegas menyiapkan diri berdiri di pinggir jalan. Hujan mulai reda jadi kami tidak kesulitan untuk mengenali mobil online yang akan datang menjemput kami. Tiba-tiba ada mobil sedan kecil yang mengedipkan lampu sign dan menepi ke pinggir gerbang sekolah. Setelah kulihat plat nomer mobil tersebut sesuai dengan pemesanan aplikasi segera aku buka pintu dan masuk diikuti Alini. 

Apa yang terjadi...kami berdua terpekik antara kaget tak percaya namun juga senang bukan kepalang. Driver mobil online itu adalah Kak Vano. Lho kok bisa sih dia jadi driver online. Kak Vano ekspresinya tertawa saja melihat keterkejutan kami. Ternyata Kak Vano sering nyambi jadi driver online sepulang sekolah untuk membantu membayar uang sekolah karena ibunya adalah orang tua tunggal. Ayahnya sudah meninggal ketika Kak Vano masih bayi. Jadi ketika Kak Vano sudah mendapatkan SIM A, Kak Vano mendaftar menjadi driver kendaraan online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun