Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaafkan Bukan Melupakan Kesalahan Orang Lain, tapi...

27 Mei 2021   12:26 Diperbarui: 27 Mei 2021   12:35 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaafkan Bukan Melupakan Kesalahan Orang Lain, tapi Melepaskan Amarah (foto dari pixabay.com)

Kita pasti pernah disakiti oleh orang lain. Siapa pun itu, entah ayah sendiri, ibu sendiri, bahkan orang yang tak dikenal sekalipun. Tapi, sudahkah kita memaafkan kesalahannya?

Perkara yang membuat sakit atau terluka secara lahir dan batin, tentu sulit untuk dilupakan bahkan sangat sulit. Hati dan pikiran selalu terbayang rasa perih, pedih, dan teraniaya akan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain kepada diri kita. Hal ini menciptakan bola amarah agar diri kita membalaskan luka kepada dirinya. Bagaimana pun caranya harus dilakukan.

Akan tetapi, pola pikir demikian tidaklah baik bagi kehidupan kita. Hidup bakal diselimuti dengan perasaan dendam, tidak tenang, gelisah, cemas, dan penuh tekanan. Ini akibat dari perilaku gemar menyimpan kesalahan orang lain terhadap diri kita.

Dengan demikian, kehidupan kita terganggu. Kita menjadi kurang fokus dalam bekerja, suka menyendiri dan melamun, membatasi diri dari lingkungan sekitar, dan kehilangan akal sehat. Ini terjadi karena kita sering mengingat kesalahan orang lain dan merencanakan pembalasan kepada dirinya. 

Pada dasarnya, kesalahan sulit untuk dilupakan. Tapi, kesalahan adalah suatu hal yang manusiawi. Kita masih bisa menoleransi kesalahan seseorang. Gak semua kesalahan orang lain harus diganjar dengan pembalasan, bahkan dilarang membalaskan kesalahan dengan kesalahan pula. 

Sejatinya kesalahan itu ada dua, yakni kesalahan kecil atau kesalahan ringan dan kesalahan besar atau kesalahan berat. Tidak ada karakteristik baku mengenai suatu kesalahan dapat dikategorikan ke dalam kesalahan ringan maupun berat. Sebab besar kecil suatu kesalahan bersifat relatif. Tergantung pada diri masing-masing individu.

Ketika kita berhadapan dengan orang berwatak pemarah, maka kesalahan kecil saja dapat menjadi kesalahan besar. Sebaliknya, apabila kita bertemu dengan orang berwatak pemaaf maka kesalahan besar pun dianggap kesalahan kecil. Tapi, ciri kedua ini sangat langka, kalaupun ada hanya dua banding seribu.

Memaafkan bukan melupakan kesalahan orang lain, tapi....

Memberikan maaf atas kesalahan seseorang bukan berarti melupakan kesalahannya. Kenyataan pahit yang kita rasakan di masa lalu, tidak akan pernah sirna, hilang, dan terhapus dengan sendirinya. Intinya, kesalahan ya tetap menjadi kesalahan. Kesalahan tidak dapat dihapus dan dilupakan. Lah apa gunanya memaafkan? 

Ani dan Aldo adalah sepasang suami istri. Keduanya sama-sama bekerja, belum dikaruniai momongan, dan usia pernikahan masih seumur jagung. Suatu masa yang sulit dan harus dilewati oleh pasangan muda itu.

Ani sering pulang malam, karena tugas kantor yang sangat banyak, deadline laporan yang mendesak, hingga pertemuan dadakan. Sehingga tidak dapat mengurus rumah tangga, beberes rumah, menyiapkan makanan untuk suami, bahkan enggan berhubungan intim karena kecapekan.

Aldo sebagai seorang suami tentu marah. Setiap hari kehidupan rumah tangganya layaknya tempat penginapan. Seharian penuh gak ada aktivitas apapun. Ketika malam, barulah berdatangan penghuninya dan hanya untuk tidur saja. Sebab Aldo pun bekerja, tapi pulangnya lebih sore ketimbang istrinya yang pulang hingga jam sembilan malam.

Kemarahan Aldo adalah buah perilaku Ani yang tidak menjalankan kewajiban seorang istri dengan baik. Benih inilah yang menjadi awal konflik dalam rumah tangga, sehingga kehidupan rumah tangga kurang harmonis. Kemarahan Aldo pula merupakan kesalahan.

Sejak awal, Aldo dan Ani telah memprediksi kehidupan rumah tangganya. Kalau diantara keduanya tidak dapat berbesar hati, tentu kemarahan Aldo akan menjadi kekerasan terhadap Ani. Maka dari itu, perlu untuk saling mengalah atau merekonstruksi jadwal kerja diantara keduanya. Sehingga tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

Maka dari itu, memaafkan bukan melupakan kesalahan orang lain, tapi melepaskan amarah.

Dengan melepaskan amarah, mengurungkan sikap dendam kepada orang yang telah menyakiti kita, hidup kita bakal lebih tenang, damai, dan tentram.

Melepaskan amarah membuat diri kita seakan baik-baik saja. Tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Semua berjalan seperti sedia kala. Meski secara faktual, telah terjadi perselisihan atau pertengkaran. 

Diri kita bakal tetap fokus pada aktivitas harian. Sebab hati dan pikiran kita tidak lagi memikirkan cara-cara untuk menjatuhkan orang yang pernah melukai kita, baik lahir maupun batin. Menganggap kejadian kelam itu sebagai masa lalu dan pembelajaran diri sendiri, tanpa harus melupakan kesalahan tersebut. Cukup melepaskan amarah.

Bilamana teringat kesalahan orang lain, bingkailah kesalahan itu dengan nuansa penuh pengampunan, memaafkan. Terlepas dari pantas tidaknya seseorang tersebut menerima pengampunan. Sebab, diri kita telah melakukan upaya pelepasan amarah, melepaskan emosi.

Memang sangat sulit melepaskan amarah atas kesalahan orang lain. Apalagi kesalahan berat. Seakan tak ada pintu ampunan bagi dirinya. Tapi, maukah kita hidup dalam kegelisahan, kecemasan, dan keraguan sepanjang hayat?

Kita perlu berbesar hati, mendinginkan kepala, mengambil keputusan untuk memaafkan kesalahannya guna melepaskan amarah. Akan tetapi, tetap tidak bisa melupakan kesalahannya.

Apabila suatu kesalahan berakibat pada pelanggaran norma, apa perlu dilepaskan dari jeratan hukum?

Memaafkan adalah melepaskan amarah, bukan melepaskan dari jeratan hukum akibat kesalahan yang dinilai melanggar hukum.

Kita bersalah pada seseorang dan ia memaafkan kesalahan kita, tapi belum tentu hukum melepaskan kita dari tuntutan hukum. Keduanya berbeda muatan, meski dalam satu panggung yang sama.

Maka dari itu, kejadian seseorang memaafkan kesalahan orang lain adalah upaya melepaskan amarah agar hidup tetap nyaman. Sedangkan, kesalahan adalah sebuah kesalahan yang harus diganjar dengan hukuman, bukan kesalahan. Jadi, klop bilamana seorang yang salah patut dihukum meski sudah meminta maaf dan dimaafkan.

Hal ini dikarenakan, memaafkan bukan melupakan kesalahan tapi melepaskan amarah. Jadi, sudahkan kita melepaskan amarah hari ini?

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun