Mohon tunggu...
Bayu Saputra
Bayu Saputra Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa biasa sih

Cuman mahasiswa yang pingin nulis dan lulus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Review Novel Bumi Manusia

18 Agustus 2019   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   08:09 11256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Review Novel Bumi Manusia

"Cerita.., selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya, biarpun yang ditampilkan itu hewan, raksasa, atau dewa atau hantu. Dan tak ada yang lebih sulit daripada sang manusia... jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput." -

Pramoedya Ananta Toer, siapa yang tak kenal salah satu sastrawan terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Apalagi di kalangan para pecandu literasi. Sastrawan kelahiran Blora ini telah menghasilkan puluhan karya yang telah diterjemahkan lebih dari 42 Bahasa. 

Salah satu karya yang dapat dibilang masterpiece nya yaitu Bumi Manusia. Novel ber genre roman sejarah ini sebenarnya satu dari empat series novel yang dinamai Tetralogi Buru, karya yang ditulis Pram saat menjadi tahanan politik di pulau Buru selama 10 tahun (1969-1979). 

Hanya bermodalkan ingatan dan catatan arsipnya, Pram menulis Bumi Manusia sebagai seri pertama Tetralogi Buru hingga novel ini terbit pada tahun 1980 dan sempat dilarang oleh rezim Soeharto karena dianggap mengandung paham Marxisme-Leninsme. 

Baca juga: Aspek Hukum dalam Novel "Bumi Manusia"

Tetralogi Buru tediri dari Bumi manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Tapi tenang, seri ini dapat kalian baca secara terpisah tanpa khawatir tidak nyambung.  Sebelum me-review buku ini, saya akan meringkas buku ini secara singkat agar kalian mendapat gambaran seperti apa ceritanya....

Ringkasan isi buku

Bumi Manusia mengambil latar pada penghujung abad ke-19 (1890-1899) di negeri tercinta ini yang dulu namanya masih Hindia Belanda. 

Kita akan menyelami cerita melalui sudut pandang Minke, seorang priyayi pribumi sekaligus siswa HBS Surabaya (semacam Sekolah Menengah yang dikelola Kolonial Belanda). 

Ia merupakan pribumi yang cerdas, pandai menulis serta begitu membanggakan peradaban Barat karena menurutnya negara barat melahirkan modernisasi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. 

Pada suatu waktu dia menerima ajakan temannya, Robert Suurhof untuk memenuhi undangan makan malam di rumah Nyai Ontosoroh, seorang gundik sekaligus pengusaha. 

Di rumah inilah untuk pertama kalinya Minke bertemu dan jatuh cinta dengan Annelies Mellema yang merupakan Indo anak dari Nyai Ontosoroh. 

Keluarga Nyai Ontosoroh digambarkan sebagai keluarga yang mempunyai kisah penuh tragedi mulai dari permusuhan dengan anak sulungnya, Robert Mellema hingga Herman Mellema sang kepala keluarga yang mati secara misterius. 

Seiring berjalannya waktu Minke menjalin hubungan yang akrab dengan keluarga ini bahkan tinggal di rumah keluarga ini, namun keakrabannya  dibuntuti oleh konflik dan tragedi yang mulai bermunculan mengiringi kisah cinta Minke dengan Anellies. 

Mulai dari Robert yang ingin membunuh Minke, desas desus masyarakat tentang Minke yang tinggal di rumah Nyai Ontosoroh hingga pada puncaknya, perjuangan Minke dan Nyai Ontosoroh melawan pengadilan putih.

Baca juga: Kajian Idealisme Objektif Novel "Bumi Manusia" Karya Pramoedya Ananta Toer

Review

Setelah selesai membaca novel ini, saya rasa ini merupakan karya sastra yang wajib dibaca setidaknya sekali seumur hidup. Jika menurut kalian novel roman hanya memiliki alur yang itu-itu saja, TIDAK dengan novel ini. Menurut saya hal yang lebih menonjol dari pada kisah cinta Minke-Annelies adalah kondisi sosial rakjat Indonesia pada masa kolonial. 

Pram benar-benar membawa kita untuk menyelami kehidupan serta emosi dari setiap tokoh. Meskipun termasuk kategori fiksi sejarah, penggambaran era penjajahan Belanda-pun digambarkan sangat baik dan akurat oleh Pram seperti pembagian etnis beserta hak-haknya antara Eropa, Tionghoa, Indo, dan Pribumi. 

Nasib pribumi yang dianggap rendah sering ditindas, dianggap tak terpelajar, hidup sebagai budak serta hak-nya yang seringkali tak terpenuhi. Tokoh Minke di sini sebagai satu dari beberapa pribumi yang terpelajar, namun malah bangga akan peradaban Eropa. 

Seakan Pram meyampaikan pesan bahwa jangan sampai kita lupa akan siapa diri kita sebenarnya. Tak heran buku ini digadang-gadang sebagai buku yang membangkitkan jiwa nasionalisme pembaca melalui tragedi yang dialami para tokohnya.

Penokohan dalam novel ini begitu kuat, mulai karakter utama maupun pendukung. Menurut saya, karakter Nyai Ontosoroh bisa dibilang paling memorable dan bad ass. 

Sosok perempuan yang cerdas dan mandiri. Dengan kisah perjuangannya yang bukan main-main, sejak remaja dia dijual oleh ayahnya sendiri demi jabatan. Karakter ini benar-benar menggambarkan definisi dari feminisme. 

Dari segi cerita tidak perlu diragukan lagi. Kisah dalam buku ini ditulis Pram secara runtut, mengalir tak terduga dengan ritme yang bermacam. 

Beberapa halaman romantis, halaman selanjutnya bisa berubah menjadi menegangkan. Memang benar kata orang bahwa tulisan-tulisan Pram banyak yang mengandung makna dan mendidik. 

Baca juga: Bumi Manusia: Kehidupan Pelik Bangsa Indonesia di Era Kolonialisme

Dalam Bumi Manusia ini, banyak nilai-nilai yang dapat kita dapatkan seperti jiwa nasionalisme, nilai humanisme, serta seperti quote legendarisnya, "harus adil sejak dalam pikiran". Pun karakter Minke ternyata terinspirasi dari sosok Tirto Adi Soerjo yang merupakan bapak pers nasional.

Perlu dicatat juga beberapa kosakata dan ejaan dalam buku ini menggunakan ejaan lama. Seperti kriminil = penjahat, satu harmal = satu hari satu malam, sassus = desas desus. Terdapat juga istilah-istilah dalam Bahasa Belanda dalam buku ini.

Well.. buku ini wajib dibaca teruntuk kalian para generasi muda, khususnya pecinta sastra. Jangan sampai timbul penyesalan selama hidup kalian karena tak pernah menikmati lembar demi lembar buku ini. Versi layar lebarnya pun sudah tayang 15 Agustus kemarin, bagaimana tanggapan kalian?

  • Judul       : Bumi Manusia
  • Penulis  : Pramoedya Ananta Toer
  • Penerbit: Lentera Dipantara Jakarta
  • Tahun    : 2018 (pertama terbit 1980)
  • Tebal      : 534 halaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun