Mohon tunggu...
Jazir Hamid
Jazir Hamid Mohon Tunggu... Tutor - PLAT AB I Pelaku Wisata

âž¡ Mengeluh adalah tanda kelemahan jiwa. [Soekarno]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UKT dan Problem Mahasiswa

4 Juni 2020   17:54 Diperbarui: 4 Juni 2020   18:37 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo Mahasiswa Unsri Sumsel Soal UKT. Sumber Foto: tribunnews.com 

Berarti hak hak mahasiswa tidak terpenuhi, yang notabenenya sudah membayar UKT yang bisa dibilang mahal untuk sebagian mahasiswa itu, serta tidak dapat menikmati sarana prasarana yang tersedia setelah membayar UKT kampus.

Ini tidak adil. Harus ada kebijakan dari pihak kampus untuk meringankan Mahasiswa kaitannya dengan UKT. Pandemi Covid-19 hadir ketika para mahasiwa baru saja selesai melakukan pembayaran UKT atau registrasi.

Belum sempat masuk kuliah kemudian libur. Artinya uang UKT ini belum dinikmati oleh para mahasiswa atas hak hak dan segala fasilitas pendidikannya. Kecuali hanya beberapa putaran jadwal perkuliahan dilaksanakan dengan metode virtual - daring.

Pembelajaran daring ini justru menyuplay dampak pelemahan ekonomi wali.

Mahasiswa juga tidak dapat mengakses dengan baik pelayanan dan fasilitas akademik, sarana prasarana, dan fasilitas kampus lainnya yang menjadi hak para Mahasiswa.

Menurut  hemat saya adalah harus adanya suatu kebijakan yang mendukung serta memberi motivasi para Mahasiswa dalam keadaan sulit seperti ini.


Barangkali kebijakan paling efektif adalah paling tidak memotong beban biaya uang kuliah tunggal (UKT) kalau sekiranya dianggap imposible tadi untuk meberikan angka "0 rupiah",  karena dalam keadaan seperti ini, seharusnya pimpinan kampus yang arif mampu mengeluarkan kebijakan yang meringankan beban mahasiswa, baik psikologi maupun ekonomi.

Secara hierarki dalam kondisi seperti ini mau tidak mau, suka atau tidak suka pemotongan UKT harus ditunaikan. Proses kuliah daring menggunakan aplikasi zoom yang diterapkan beberapa dosen yang kurang jelas, tugas yang berlebihan, bahkan ada beberapa dosen yang hanya sekedar menyampaikan materi dengan hanya sekedar tekstual. Hanya sekedar baca buku dengan dikeraskan suaranya sambil fokus pandangannya ke buku, tidak memperhatikan keberadaan audiennya. Tidak komunikatif dan masa bodoh. Dan terkesan apa yang disampikan hanya sekedar kegiatan formalitas sambil menungu kondisinya normal kembali. Sangat Ironis.

Pertanyaannya kemudian adalah

Apakah pendidikan yang selalu ditunggu untuk menghasilkan sarjana sarjana intelek harus berhenti dan baru eksis lagi setelah Covid -19 selesai?  Na'udzubillah  Min Dzalik. Tentu bukan pilihan yang tepat untuk kita lakukan hal yang demikian.

Sivitas akademika Perguruan Tinggi adalah elemen yang harus berada di garda terdepan melakukan keberpihakan terhadap mahasiswanya, terutama pada masa sulit pandemi covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun