Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Move #On3

19 April 2018   22:49 Diperbarui: 20 April 2018   01:54 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duh, mengingatmu lebih gampang daripada melupakanmu," keluh Sinta kala merenung di halaman belakang rumahnya. 

     Susi sebagai sahabat Sinta, ia merindukan Sinta yang seperti dulu. Sinta yang kuat, Sinta yang penuh semangat. Ternyata, pada gilirannya ia lemah karena perasaannya terhadap Sugih. Terutama balikan. Susi sadar betul, bahwa Sinta sebenarnya masih punya harapan untuk kembali menjalin hubungan dengan sang mantan. 

     Malam dan Siang, hari-hari Sinta cuma mengenang mantannya. Ia kerap kali menyendiri hanya untuk memikirkan Sugih. Bahkan ketika Susi mencoba menemaninya, Sinta segera berlalu—menghindar dari Susi. Karena bagi Sinta, tiada yang bisa mengerti tentang perasaannya. Padahal, Susi sangat peduli. Sebagai seorang sahabat, ia berhak menyadarkan Sinta untuk melupakan Sugih. 

     Tetapi, biar bagaimanapun, perasaan seseorang tidak mudah diubah, kecuali dengan sendirinya perasaan itu pergi dari sukma seseorang. Siapa yang paling menentukan hal ini? Ya! Tuhanlah—yang segala sesuatu datang dariNya. Tanpa manusia minta, tanpa manusia mau. 

     Cinta itu ibarat angin. Ia datang tanpa kita panggil, ia pergi tanpa kita perintah. Begitulah angin bekerja. Cinta juga naik-turun. Ia tidak selalu naik—juga tidak selalu turun. Cinta itu dinamis. Maka jangan heran. Apabila seketika cintamu pudar, dan apabila cintamu justru semakin meningkat. 

     Adalah kewajaran. Meski telah mempunyai pasangan, belum tentu cinta seseorang kepada kekasihnya akan terus tumbuh. Kapan saja cinta itu bisa berubah. Dalam konteks ini, secara spontan, cinta kita kepada kekasih tiba-tiba berpindah kepada orang lain.

      Seseorang disebut golongan tipe setia bukan berarti cintanya kuat hanya untuk kekasihnya, melainkan karena pendiriannya kuat untuk mempertahankan hubungan itu dengan sang pacar. Maka setia adalah soal pendirian.

"Kayaknya Sugih pendiriannya lemah!" celetuk Parto yang tengah membaca buku novel. "Kalau saja Sugih kuat pendiriannya—mau mempertahankan hubungan itu, saya pastikan dia dan Sinta tidak putus!" ujar Parto kemudian.

"Bukankah, Sugih ndak lagi mencintai Sinta?" samber Jarwo yang sedang menjamu tamunya itu. "Dan, mana mungkin. Hubungan tanpa cinta bisa dipertahankan?"

"Bisa saja. Dan, apakah dalam setiap hubungan selalu disertai dengan cinta? Tidak 'kan?" kata Parto. "Kalian bayangin. Seorang karyawan bekerja di salah satu perusahaan, ia rela bertahan bertahun-tahun hanya untuk melanjutkan hidup bukan karena cinta, tapi ia bisa pertahankan itu. Ia tetap menjalin hubungan dengan perusahaan itu. Apakah itu bukan pendirian?"

"Ah! Parto itu ngawur, Wo." kata Susi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun