Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesantunan Seorang Jokowi - Sesuatu yang Mematikan

3 Juni 2014   19:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya pribadi tak pernah meragukan kesantunan seorang bernama Jokowi.

Tak perlu juga terlibat dalam kebencian atau buruk sangka mengenai "politik pencitraan". Sesuatu yang -maaf- merupakan alasan yang mengada ada yang dicetuskan oleh baik kubu atau siapapun juga ditengah era pamer dan narsisme akut para penggiat dan penggemar sosial media. Hey, andapun gemar mengungguh foto makan siang dan berbicara tentang politik pencitraan? Touche'.

Demikian pula saat banyak yang mencibir keberadaannya saat 'tertangkap tangan' sedang berada di dalam jet pribadi. Banyak pihak yang merasa bahwa merakyatnya Jokowi sebelumnya pun sekedar pencitraan saja? Menurut saya sih tidak seperti itu. Kampanye memang membutuhkan mobilitas yang tinggi. Mulai dari jalan kaki, naik mobil berkap terbuka seperti jeep rubicon yang karena alasan 'terbuka' ini begitu digemari untuk berkampanye, ( bahkan our beloved Habib Rizieq yang sangat anti Amerika pun terlihat berada di atasnya kan? ) dibelakang truk , naik bajaj ataupun jet pribadi?Sah sah saja lah.

Terlebih, faktor keamanan pun menjadi satu sisi yang tidak bisa dilupakan. Jokowi yang sekarang tidak bisa dipungkiri bukanlah "Jokowi" yang dulu lagi.Dia adalah Calon Presiden sebuah Republik bernama Indonesia. Kita bukan bicara mengenai sebuah gengsi gengsian atau pencitraan disini. Mobilitas, keamanan yang menjadi taruhan.

Jangan pula bicara mengenai sayangnya bujet yang tampak terbuang sia sia. Tak ada yang murah dalam bujet kampanye, dan itu sekedar menjadi catatan.

Bukan. Bukan hal seperti diatas lah yang pantas menjadi catatan seorang Jokowi. Itu semua tidak penting artinya. Tak juga unsur suku, ras ataupun keyakinan dirinya. Toh kalau mau bicara agama, mari kita blak blakan saja. Keyakinan yang bukan secara kebetulan dianut secara pribadi ini pun tak mengenal adanya sistem demokrasi kan? Kami lebih mengenal adanya musyawarah untuk mencapai mufakat. Jadi, omong kosong juga apabila ada seorang petinggi partai berbasis agama seperti Cak Imin yang dengan lantang 'menjual' minimal sekian suara untuk mendukung Jokowi-JK . Apalagi dengan embel embel memposisikan diri sebagai "anak yang lama hilang kini telah pulang".

Biar kata bukanRhoma Irama dan disertai dengan sponsorship dari perusahaan tissue entah yang mana yang digunakan untuk membasuh air mata buayanya, saya pun ikut mangkel dengan yang namanya Cak Imin ini. "Gus Dur aja dijual , apalagi cuma Rhoma Irama ! " - demikian anekdot satir yang sering didengar .

Yang dikhawatirkan oleh seorang Jokowi ? Kesantunannya. Sesuatu yang menjadi sebuah daya tarik seorang pribadi seperti Jokowi. Sesuatu yang memikat, tulus ( sepertinya dan entah kenapa diri ini pun yakin akan ketulusannya) dan didambakan di sosok seorang pemimpin.

Namun disisi yang sama, hal tersebut juga 'mematikan' pamor dan dirinya. Tak peduli bagaimana kencangnya suara mereka yang membelanya dengan berbagai alasan, kita disini bisa setuju akan satu hal : bahwa Jokowi adalah sosok yang santun. Dan apa , atau siapa yang berani menjamin bahwa kesantunan Jokowi tidak berimbas pada politik balas budi terhadap seseorang bernama Megawati Soekarnoputri atau partai yang dinaunginya bernama PDIP ?

Berpikir keras. Pada pernyataan basi "petugas partai". Wanti wanti angkuh terkesan intimidatif mengingatkan dari trahSoekarno yang tampaknya harus diingatkan lagi tentang jasmerah sendiri : Bahwa saat itupun Soekarno digoyang oleh para mahasiswa yang mulai gerah akan politik seenak udelnya dari Soekarno? Kita boleh dan harus mengagumi Soekarno sebagai seorang politikus, negarawan dan sosok yang menginspirasi. Namun seorang Soekarno pun tak luput dari kekurangan kekurangan.

Bukan sekedar kudeta lah yang menjungkalkannya. Namun juga kebijakan kebijakannya secara pribadi.  Dan keangkuhan Ibu Megawati yang seakan akan selalu membela kepentingan wong cilik ini benar benar membuat satu pertanyaan besar : wong cilik manakah yang sedang dibela, dan romantisme wong cilik semu mana lagi yang akan dijual? Tidak laku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun