Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Hampir menjadi mahasiswa abadi di jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, lalu menjadi abdi negara. Saat ini sedang menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Kunjungi saya di www.basareng.com. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Saku Sakti

17 Mei 2017   07:36 Diperbarui: 17 Mei 2017   16:19 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang anak duduk di lantai masjid. Dia menikmati sejuk dan dinginnya ubin masjid. Mencoba sembunyi dari panas terik mentari yang menyengat. Sarung dan peci masih terpasang lengkap di tubuhnya. Matanya sayu, mulutnya menenun kata demi kata, tangannya mendaras kitab suci dengan lantunan nada indah. Setiap pagi, siang, sore dan malam menjadi rutinitasnya mengisi liburan sekolah di bulan penuh ampunan.

Saat malam tiba, Anak itu tak ketinggalan mengisi tempat ibadah nan menenangkan hati. Memasang telinga dan mencoba menangkap sari ceramah dari seseorang yang berdiri di mimbar. Tak ketinggalan sebuah pulpen dan Buku Amaliah Ramadhan yang selalu dibawa serta. Buku yang harus diisi selama sebulan penuh menemani dahaga dan ibadah. Dia mencatat judul ceramah, dan meminta tanda tangan dari pengurus masjid. Di buku itu pula harus diisi tentang pelaksanan shalat lima waktu, hafalan surah, dan tadarus AlQuran.

Ada yang menarik dari buku itu. Segala kegiatan dicatatnya. Tapi bukan buku diary. Yang dicatat hanya amalan ibadah selama bulan puasa. Entah berkaitan dengan nilai atau tidak. Yang jelasnya, buku tersebut harus dikumpul kembali ke sekolah melalui guru agama.

Disadari atau tidak, buku sederhana itu mampu mendorong siswa untuk beribadah. Rasa malu pasti menghinggapi jika ada malam tarwih tak terisi. Apalagi jika ada dari lima waktu yang tak didirikan, hatinya akan berkecamuk, memendam rasa sesal tak terbendung.

Anak-anak akan bersemangat di setiap malam tarwih. Menyiapkan buku, lalu menulis judul dan meminta tanda tangan dari pengurus masjid. Pastinya akan selalu ada nada riuh dari mulut mereka. Namanya juga anak-anak, suara tawa dan canda bermain dengan teman sebayanya. Namun tak mengapa asal tak melewati "batas ribut". Anak-anak ini akan menjadi penerus pengisi masjid yang akan meneruskan perjuangan dakwah. Generasi penerus agama. Generasi yang akan memakmurkan masjid dari "kekeringan jamaah". Barakallah. (*)

Butta Gowa, 16052017
oleh #basareng

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun