Tisu-tisu berserakan di meja, lemari, lantai dan bawah kursi
Ia mengisahkan kepergianmu
Sedang aku duduk di depan kipas angin
Mendinginkan hawa dadaku yang panas
Kau tahu tentang lagu cinta yang kau dengungkan
Setiap malam hendak mau tidur?
Hari ini masih terlipat rapi dalam lemari jiwaku
Alat make up tertata dalam kaca
Di sana tangan lembutmu melambai
Dan lipstik merah muda itu, mengurai senyum bibir indahmu
Tak ada apa-apa di kamar ini
Kecuali semua tentangmu dan tentang
sunyi yang begitu abadi
Kau ingat tentang pakaian kesukaanmu?
Ia menjadi bidadari di hadapanku
Bergoyang membuatku tertawa
sekaligus Menangis lupa
Riwayat demi riwayatmu
Tercium hangat di kamar ini
Detak waktu di tembok kamar
Mengetuk luka perluka
Perih sekali...
Tv yang menghadap kasur kita
Menampilkan iklan kecewa
Ia menampakkan dirimu
Terbunuh dengan sadis
Sungguh aku tak rela
Kukutuk benda tak berguna itu
Kau tahu?
Di ranjang ini, seolah dadamu berdebar
Aku merasakan getarannya
Di bantal ini, kecantikanmu menempel
Dan di bibirku, bekas ciumanmu masih sangat wangi
Berhari-hari aku tidak mandi
Sebab takut melenyapkan aromanyak
Terakhir, foto kita yang
Terpaku di dinding
Mengapa seolah membingkai jarak antara kita
Bahwa sejatinya kita begitu dekat
Meski aku tak tahu keberadaanmu
Aku memainkan gitar untuk mengundang
Suaramu.
Namun yang kudengar hanyalah nada
Airmata
Yang mengalir dari kabar kematianmu(*)