Mohon tunggu...
Banu Zahid
Banu Zahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pikiran adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengejar Waktu

5 Oktober 2021   14:35 Diperbarui: 5 Oktober 2021   14:44 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemuda itu tersenyum bahagia dan bersujud dengan bercucuran air mata, lalu ia mengatakan "Hamba pikir engkau telah merusak kebahagiaan hamba dengan merusak bunga-bunga itu melalui hujan, tetapi kini hamba sadar bahwa engkau hanya cemburu saat itu, betapa hina dan malunya hamba berburuk sangka padamu sang maha pencipta". Setelah lama sujud dan memohon pemuda itu akhirnya meninggal dengan sujud terakhirnya yang membahagiakan. 

Setelah mengetahui cerita ini, dua sahabat itu semakin penasaran dengan mitos bukit keindahan tersebut. Banyak masyarakat yang melarang untuk melihat bukit itu, karena butuh iman yang kuat untuk dapat melihatnya. Masyarakat khawatir dua pemuda itu justru akan berantem dan saling membenci setelah melihat bukit keindahan. 

Setalah berdiskusi dua sahabat itu kemudian bergegas untuk segara menemukan bukit yang indah itu. 

Selama perjalanan dua sahabat itu tidak menunjukkan egoisnya masing-masing, justru mereka saling mendukung dan memotivasi agar cepat menemukan bukit spesial tersebut. Sudah hampir seminggu dua pemuda tersebut belum menemukan tanda-tanda keberadaan bukit itu, ia kemudian bermalam di suatu pondok. Dua pemuda itu membuat kesepakatan bahwa mereka harus berpencar, dengan berpencar kemungkinan menemukannya semakin cepat. S

etelah mereka bersepakat, satu pemuda mengatakan siapa yang lebih dahulu menemukan maka ia berhak memberi nama bukit keindahan itu. Esok hari sebelum sang surya terbit dua pemuda itu bergegas untuk berjalan ke jalan masing-masing. 

Satu mengarah ke matahari terbit yang satu lagi mengarah ke matahari terbenam. Sama seperti halnya kisah pemuda dahulu mereka berdua tidak mengetahui bahwa bunga-bunga yang indah itu hanya mekar setiap tahun sekali. Tiga hari tiga malam dua pemuda itu belum menemukan di mana lokasi bukit keindahan itu berada. Akan tetapi dengan semangat yang tinggi dua pemuda itu tidak menyerah begitu saja. 

Setalah hampir lima hari pemuda yang melalui jalur matahari terbenam justru semakin tidak jelas ke mana arah jalannya. Sementara yang melalui jalur matahari terbit ia sudah menemukan keberadaannya dengan wangi-wangian yang menghampiri karena tertiup angin. 

Akhirnya ia melihat hamparan kebun bunga yang sangat indah, ia terdiam karena takjub akan indahnya warna merah mudah bunga-bunga itu. 

Karena ia sudah berjanji untuk memberi tahu temannya makan ia petik satu bunga dan kelopaknya ia tiup hingga terbang ke arah angin. 

Setelahnya teman yang satunya melihat kelopak-kelopak bunga terbang, kemudian ia bergegas menuju lokasi tersebut. Tiga hari perjalanan akhirnya mereka berdua kembali bertemu dan bersama-sama melihat keindahan kebun bunga merah mudah itu. Pemuda yang pertama menemukan ia memberikan nama bunga-bunga itu dengan nama bunga Peony, menurutnya bunga-bunga ini tidak menyukai senja, maka ia hanya tumbuh di bagian bukit yang hanya disinari mentari terbit. 

Setelah mereka berdua berkeliling, pemuda yang memberi nama bunga itu menemukan jejak-jejak keberadaan wanita. Ia menemukan selendang yang masih bersih di atas ranting-ranting bunga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun