Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semut Ireng

21 Februari 2024   07:35 Diperbarui: 21 Februari 2024   07:56 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah kejadian tersebut aku sudah tidak memikirkan lagi kemana pergi, dan bersarangnya sekelompok semut ireng. Selang beberapa hari dari kejadian tersebut aku masuk ke ruang apotek, dan melihat kulkas sengaja dimatikan untuk menghilangkan bunga es yang sudah menebal.        

Dalam kondisi kulkas dimatikan sudah barang tentu bunga es mencair, dan tak urung air keluar dari kulkas. Spontan aku mengamati bagian bawah kulkas, untuk melihat ada tidaknya air yang mengalir ke arah kamar tidur.

Agak terkejut juga aku karena pemandangan sekelompok semut merah seperti terjadi di kamar sembahyangan terlukis kembali, yang kini terjadi  di dinding menuju ke kamar tidur yang posisinya bersebelahan dengan  kulkas. Namanya saja semut, mana tahu dia bahwa itu kamar tidur lalu dihindari, dan beralih menuju ke ruang tamu yang penting serombongan semut merah jalan berbaris, dan bertabur. Pemandangan tentang semut ini, masih terjadi di bulan Juli 2020.

Sama seperti sebelumnya aku tidak mengusirnya dengan membunuh menggunakan obat pembasmi serangga, kecuali mendekat dengan meniup -- niup sekelompok semut sambil berujar ..........................................

Hai semut pergilah dari sini, dan cari tempat bersarangmu 

yang lebih sesuai di luar rumah.

Selang beberapa saat setelah kejadian tersebut, aku tidak melihat sekelompok semut merah tadi entah pergi, dan bersarang kemana aku tidak tahu.

Dari kenyataan yang aku alami sebagaimana terangkum dalam bab KASIH SAYANG SESAMA, tidak ada kata lain kecuali puji syukur aku sanjung agungkan kehadirat-Mu ya Allah, Engkau telah mengajariku untuk mengetahui cara hambamu yang lain berterima kasih.

Memang aku tidak mengerti dengan bahasa hamba-Mu yang lain, tetapi atas izin-Mu akhirnya aku dapat memahami cara mereka berbalas budi, melalui apa yang ditunjukkan kepadaku secara langsung.

Sebagaimana tersirat dalam Al Qur'an surat Al Israa' ayat 44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesung-guhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Matur nuwun Gusti,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun