Agama hendaklahÂ
tidak menjadi penyekat, dan penghalang dalamÂ
bersosialisasi atau bermasyarakat.Â
Apabila kiprah kita sebagai insan yang berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur sudah dapat memberikan rasa sukacita, bangga, dan bahagia kepada pihak lain, mudah -- mudahan kita dapat dikatagorikan sebagai orang yang dapat membuat rasa sukacita, bangga, dan bahagia kepada Allah Tuhan Yang Maha Suci.Â
Dengan demikian ya sudahlah kita tidak usah gampang terpengaruh dengan iming -- iming pahala surga, pahala surga, dan surga. Karena Allah tidak tidur, tentu akan membalas perbuatan kita dengan yang lebih baik, dan lebih membahagikan dibandingkan dengan yang selalu dikatakan orang apapun sebutan, dan predikatnya.Â
Dari apa yang telah diuraikan tersebut, itu hanyalah sebagai contoh cara mengaji atau cara mempelajari Al Qur'an, sekaligus menunjukkan keunikannya. Sehingga mewajibkan kita untuk membaca Al Qur'an secara berulang - ulang dari ayat pertama surat yang pertama, hingga ayat terakhir dari surat yang terakhir, agar kita dapat memahami petunjuk-Nya secara utuh.
Dan tidak kalah pentingnya, hendaklah menggunakan bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia. Karena meskipun Al Qur'an sudah disampaikan dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak mudah untuk menemukan perintah dan petunjuk Allah secara utuh. Mengingat Al Qur'an umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, dengan maksud agar manusia mau berfikir, dan mau menggunakan akalnya untuk menggali makna perintah, dan petunjuk-Nya dengan baik, dan benar.
Al Qur'an surat Al Hasyr ayat 21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan - perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.Â
Al Qur'an surat Az Zumar ayat 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu - waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada ( azab ) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang - orang yang mengetahui dengan orang - orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Mari kita ingat selalu. Dalam bersosialisasi atau bermasyarakat, hendaklah kita dapat mengendalikan hawa nafsu saat menentukan sikap atau mengambil keputusan sesulit, dan sepahit apapun masalahnya. Karena pengambilan sikap atau keputusan yang dikendalikan hawa nafsu atau dilakukan secara emosional, hanya akan selalu menyuruh kepada kejahatan, dan akhirnya me-nyesatkan kita dari jalan Allah.
Al Qur'an surat Yusuf ayat 53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.