Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghindari Berpikir Melampaui Kuasa Allah (3)

19 November 2018   10:32 Diperbarui: 19 November 2018   10:42 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama apapun agamanya, pada hakekatnya adalah untuk membangun manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur. 

Oleh karena itu maka, setiap firman atau setiap ayat - ayat Allah yang tertulis dalam Al Qur'an atau Kitab Suci, hendaklah dikaji dengan bahasanya sendiri atau dengan bahasa yang dimengerti dari ayat pertama-surat pertama sampai dengan ayat terakhir-surat terakhir, melalui roso pangroso untuk memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya; Agar selanjutnya dapat diamalkan atau dilaksanakan atau diaktualisasikan dengan mudah oleh umat pemeluknya kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari. 

Mudah-mudahan dengan manusia kualifikasi seperti inilah, yang dapat diharapkan menjadi pemimpin yang mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya, baik di hadapan umat maupun lebih -- lebih dihadapan Allah, apapun obyek yang dipimpinnya.  

Jadi amatlah kurang bijak, bila seseorang lebih - lebih pemuka agama apapun sebutan dan atau predikatnya, apakah pemuka agama, ulama, kiai, ustad, penyampai risalah; Yang baru menemukan satu pernyataan dalam satu ayat, langsung dikemas menjadi topik bahasan dan disampaikan kepada masyarakat luas, tanpa melalui check and recheck terlebih dahulu dengan ayat - ayat lain dalam Al Qur'an. Hendaklah beliau -- beliau tadi selalu ingat, jangan sampai risalah yang disampaikan dapat mendorong umat berpikirmelampaui kuasa Allah. Karena hal ini akan dapat merugikan diri sendiri dan umat, yang telah terlanjur mempercayai bahwa setiap apa yang disampaikan adalah benar adanya.   

Seperti halnya vaksinasi meningitis bagi calon jama'ah haji, dan vaksinasi Rubella sampai saat ini penerapannya masih menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat, hanya karena media pembuat vaksinnya mengandung unsur babi. Padahal vaksinasi tersebut dilakukan, tujuannya adalah untuk mencegah agar seseorang tidak jatuh sakit dan atau terlahir dalam kondisi cacat. Hendaklah selalu diingat ( Jawa = eling ) bahwa Allah yang menciptakan babi, mengapa manusia mengharamkannya? Apakah orang yang mengharamkan babi tersebut, merasa dirinya lebih kuasa dari pada Allah yang menciptakan dirinya?

Manusia diciptakan Allah, sebagai khalifah-Nya dimuka bumi. Oleh karena itu Allah memelihara manusia sesuai konstitusionalnya, agar selalu dalam keadaan sehat dan bugar, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai khalifah. Kecuali manusia, Allah juga menciptakan makhluk lain, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, sebagai isi dari jagad raya ini. Diantaranya adalah tumbuhan dan binatang, untuk menopang hidup dan kehidupan manusia diatas dunia ini.

Mengingat hidup dan kehidupan manusia ditopang oleh hasil tanam tumbuh dan binatang, maka manusia setelah Nabi Adam disebutkan bahwa manusia diciptakan dari sari patinya tanah, sebagaimana difirmankan dalam surat Al Mukminuun. Ayat 12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati ( berasal ) dari tanah. Ayat 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani ( yang disimpan ) dalam tempat yang kokoh   ( rahim ). Dan ayat 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang ( berbentuk ) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Sebagai penganut Islam, mestinya sudah tidak perlu memperdebatkan lagi kebenaran ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, karena memang sudah berniat mengimani atau mempercayai kebenarannya. Namun yang perlu dipahami, berniat itu tidak cukup hanya sampai dibibir belaka, tetapi harus sampai kedalam rasa yang merasakan atau roso pangroso atau hati nurani orang yang mengimani. Sehingga dapat merasakan bahwa sesungguhnya Al Qur'an adalah perintah dan petunjuk Allah, memberi rahmat bagi yang mengimani atau mempercayai dan menuntun umat untuk selalu berbuat baik kepada sesama; Bukan hanya sesama manusia, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah. Surat Luqman. Ayat 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. 

Sebagai penganut Islam mestinya memahami akan hal tersebut, sehingga segala sesuatu yang diterima baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perkataan, kesemuanya hendaklah di cross check kan terlebih dahulu dengan Al Qur'an untuk memastikan kebenarannya. Sehingga hidupnya tidak terombang ambing dalam ketidak pastian, oleh situasi dan kondisi lingkungan, kapan dan dimanapun; Baik diera digitalisasi saat ini atau zaman milenial atau di zaman now orang menyebutnya dan era - era selanjutnya sampai akhir zaman.

Dengan demikian penganut Islam mempunyai prinsip hidup dan disiplin hidup yang teguh dan tangguh, sehingga hidupnya tidak hanya seperti sebuah pohon, kemana arah angin bertiup kesitulah condongnya. Tetapi hidup layaknya ikan laut, yang hidup dilingkungan air berasa asin, tetapi dagingnya tetap berasa tawar. Artinya manusia hendaklah mempunyai daya tangkal teguh dan tangguh, agar tidak terombang ambing oleh pengaruh lingkungannya. Bila setiap penganut Islam telah sampai ketingkat pemahaman tersebut, mudah -- mudahan akan dapat mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Berani dan tegas, lalu hijrah dari yang selama ini melihat siapa yang mengatakan, ke apa yang dikatakan seseorang, apapun predikat atau sebutan dan atributnya. Karena segala sesuatu yang dilakukan seseorang, diri sendirilah yang kelak akan mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Allah.   

Jangankan hanya derajadnya manusia, apapun sebutan dan predikatnya, selaginya Nabi saja tidak dapat menyelamatkan keluarganya dari azab Allah. Surat At Tahrim ayat 10. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)." Surat Hud ayat 43. Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun