Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyakit Sukar Disembuhkan (1)

17 Januari 2018   11:31 Diperbarui: 17 Januari 2018   11:34 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Misal. Si bayi merasa lapar atau haus, dengan isarat menangis si ibu tanggap, lalu memberinya ASI. Setelah tumbuh besar dan dewasa, tentunya muncul berbagai macam keinginan, seirama dengan perkembangan nalar dan pikirannya. Sehingga tak jarang keinginannya melebihi apa yang dibutuhkan, bila manusia tadi tidak pandai mengendalikan atau tidak pandai mengelola hawa nafsunya.  

Hendaklah ingat (Jawa=eling) dan waspada bahwa keinginan-keinginan seperti ini, tidak lain adalah ujian bagi manusia itu sendiri. Keinginan -- keinginan tadi, pada dasarnya merupakan penyakit yang sukar disembuhkan, mengingat keberadaannya sudah melekat dalam diri setiap manusia sejak dilahirkan, atau dengan kata lain sudah dibawa sejak manusia dilahirkan (Jawa = gawan bayi ). Benarkah penyakit -- penyakit tersebut sukar disembuhkan? Siapa yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut?

Jenis penyakit tersebut, memang sukar disembuhkan karena sudah bawaan sejak lahir. Untuk itu hendaklah kita selalu ingat ( eling ) dan waspada, bahwa hidup diatas dunia ini hakekatnya adalah sedang menjalani ujian Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Kita seharusnya menyadari dan tahu itu, bahwa semua ujian sesungguhnya ada dalam diri kita sendiri, melalui hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya. Tetapi umumnya orang selalu berprasangka, lalu dengan mudah dan entengnya menyalahkan pihak lain bila menerima ujian-Nya; Dan tak jarang, malah menyalahkan Pemberi ujian. Mestinya harus disadari bahwa dengan berprasangka, sudah merupakan satu kesalahan dan lebih-lebih bila menyalahkan Pengujinya.

Surat Al Israa' ayat 7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Ditilik dari surat ini, lalu apa manfaat buat kita berbuat jahat kepada orang lain, bila hakekat kejahatan itu bagi diri kita sendiri? Dan mengapa kebanyakan orang merasa puas dan bangga, bila dapat berbuat jahat kepada orang lain? Begitulah bentuk godaan yang dikemas oleh iblis, setan dan sebangsanya, sehingga perbuatan jahat dimuka bumi ini akan tampak indah bagi orang yang rendah derajat ketaqwaannya ( surat Al Hijr ayat 39 ). Bukankah akan lebih mulia bila kita dapat berbuat baik kepada orang lain? Karena berbuat baik kepada orang lain, hakekatnya kebaikan itu bagi diri kita sendiri.

Sejenak mari kita arahkan pandangan untuk melihat kembali riwayat Nabi Muhammad SAW. saat menyebarkan Agama Islam. Meskipun ajaran yang dibawa Nabi merupakan kebenaran hakiki dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi pada awal penyebarannya tidak dengan serta merta diterima dan diikuti oleh umat dikala itu. Bahkan diwarnai dengan berbagai peperangan, diantaranya perang Badar, perang Uhud dan lain sebagainya. Namun demikian Nabi mengingatkan bahwa peperangan pisik itu hanyalah peperangan kecil, sedangkan peperangan yang sesungguhnya dan besar adalah peperangan melawan hawa nafsu yang terdapat dalam diri kita sendiri.

Kalau mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad, ya mari kita ikuti peringatan Nabi itu agar dapat menghindari peperangan pisik, sehingga tidak mengaburkan peperangan yang sesungguhnya; Yaitu memerangi hawa nafsu, demi terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita.

Dengan memahami siapa sejatinya manusia, mari bersaksi bahwa diri kita ( Sang Suci ) merupakan sebagian dan bagian tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Kemudian bertekat melakukan jihad atau perang suci, terhadap hawa nafsu yang bersemayam didalam diri kita sendiri. Dengan demikian kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita tidak tercemar, demi keselamatan perjalanan hidup diatas dunia, maupun demi keselamatan serta kelancaran kembalinya Sang Suci ke sisi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, pada saatnya nanti.    

Apabila kita mengharap kemuliaan disisi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Adil, hendaklah jihad tidak diwujud -- nyatakan atau tidak dimaknai dengan, membunuh orang lain, mencelakai orang lain,  mencederai orang lain, memfitnah dan menyalahkan orang lain yang berbeda keyakinan atau berbeda pandangan; Dan tidak melakukan perbuatan buruk atau perbuatan tercela lainnya. Hendaklah kita selalu ingat (eling) dan waspada, bahwa perbuatan semacam itu, pada dasarnya adalah tipu daya dan tekat iblis, untuk menjerumuskan manusia kelembah sesat.

Surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun