Di atas kertas (on paper), Kwarta lebih matang. Tapi sepak bola bukan soal data semata. Ini tentang siapa yang lebih kuat menjaga mental saat pressure datang.
Victory Dairi punya amunisi pertahanan yang lumayan solid, kecepatan, dan semangat muda. Sementara PS Kwarta punya organisasi permainan yang lebih rapi dan mental petarung turnamen. Jika Victory mampu bermain sabar, disiplin bertahan, dan memaksimalkan counter attack, peluang kejutan itu selalu ada.
Namun apapun hasilnya nanti, final ini telah menjadi ruang sakral. Tempat di mana gengsi, air mata, dan kebanggaan berpadu. Di sanalah sepak bola menemukan maknanya --- bukan hanya tentang skor, tapi tentang keberanian melawan sejarah.
Final adalah Tempat Menulis Nama
Di ujung cerita nanti, hanya ada dua warna: sejarah atau kenangan. Trofi Liga 4 Sumut mungkin hanya simbol, tapi bagi kedua kesebelasan, laga ini adalah tentang siapa yang layak dikenang --- bukan hanya karena menang, tetapi karena mereka pantas diperjuangkan.
Dan final hari ini bukan lagi sekadar pertandingan. Ia telah berubah menjadi panggung harga diri. Panggung adu gengsi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI