Mohon tunggu...
Muh. Ruslim Akbar
Muh. Ruslim Akbar Mohon Tunggu... Akuntan - Instagram @muhruslimakbar

Menulis untuk mengekalkan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Masalah Psikologis Remaja yang Mengintai di Abad-21

8 April 2022   21:49 Diperbarui: 8 April 2022   22:06 2868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: goodminds.id

Overthinking adalah kondisi pikiran yang berlebih terhadap sesuatu dan dapat dialami oleh siapa saja. Secara positif, sebenarnya kondisi ini merupakan bentuk kewaspadaan dan kekhawatiran agar tidak terjadi hal buruk, dan itu baik. Namun jika kondisi overthinking sudah berada pada porsi yang berlebihan, hal itu akan mengganggu mental kita. Waktu yang sebenarnya dapat kita gunakan untuk mencari solusi atas masalah yang kita hadapi, terkadang habis hanya untuk memikirkan hasilnya saja dan itu belum terjadi. 

Bahkan, Menurut jurnal berjudul Emotional Knots and Overthinking oleh Domina Petric (2018), beberapa peneliti juga mengatakan bahwa overthinking mengaktifkan bagian-bagian otak yang dapat memproduksi rasa takut dan cemas.

Kekhawatiran dan ketakutan akan memenuhi pikiran kita yang terlalu overthinking. Menyikapi masalah secara rasional, berpikir positif, dan mencari solusi yang konkret adalah cara terbaik untuk mengatasi kecemasan yang berlebih agar tidak terus menerus dikalahkan oleh pikiran kita yang berlebihan.

2. Optimisme berlebih

Setiap orang menginginkan pencapaian terbaik dalam hidupnya. Strategi besar telah dilakukan untuk mencapai segala hal yang telah diidamkan sejak awal, dan kita pun sangat yakin akan mencapainya setelah melakukan serangkaian usaha yang maksimal. Kita persingkat itu dengan sebutan sikap optimisme.

Padahal kehidupan bukanlah sesuatu yang bisa kita atur. Banyak kejutan-kejutan yang akan membuat kita gagal untuk memperoleh tujuan kita. Sebab, banyak hal-hal yang tidak bisa dikendalikan dalam hidup. Keinginan berkuliah di Universitas ternama dengan giat belajar merupakan hal yang bisa dikendalikan. Namun, menentukan nilai kita yang tertinggi saat ujian bukanlah sesuatu yang bisa kita atur. 

Optimis terhadap hasil yang kita inginkan memang perlu, namun jika hal tersebut dilakukan secara berlebih dan tidak realistis akan menimbulkan rasa kecewa yang lebih besar jika hasil itu tidak tercapai. 

Secara psikologis, seseorang dengan optimisme yang tidak realistis akan lebih mudah mengalami kekecewaan dan penyesalan (Carroll, Sweeny, & Shepperd; 2006). Optimisme berlebih akan mengakibatkan kekecewaan yang jauh lebih kuat dibanding orang yang siap kalah pada awalnya, bahkan tidak sedikit pula yang mengalami depresi setelah mengalami kegagalan.

3. Insecure

Menurut Abraham Maslow, seorang psikolog asal Amerika Serikat, dalam bukunya The Dynamics of Psychological Security, Insecure adalah orang yang merasa tidak aman akan memandang dunia sebagai hutan yang mengancam, di mana di dalamnya terdapat banyak orang-orang berbahaya dan egois.

Untuk kalangan remaja sendiri, perasaan insecure lebih mudah muncul karena didorong oleh fenomena media sosial yang kerap kali menampilkan kehidupan hedonis seseorang. Perlu diakui, sebagian pengguna media sosial kini telah merekonstruksi fungsi media sosial sebagai media interaksi menjadi media flexing (pamer). Padahal, bisa saja apa yang terlihat di media sosial bukanlah seperti apa yang terlihat, tapi apa yang mereka ingin orang lain lihat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun