Mengalahkan incumbent alias petahana di Pilkada atau pun Pilpres itu bukanlah perkara mudah. Petahana biasanya punya sumber daya dan sumber pendukung lainnya yang cukup baik. Karenanya, untuk mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019, segala sesuatu harus disusun dengan sangat baik.Â
Hal pertama tentunya adalah memasang pesaing yang memiliki tingkat keterpilihan yang lebih baik. Â Dalam hal ini, pasangan Prabowo Subianto-Ustadz Abdul Somad atau pasangan Prabowo Subianto-Anies Baswedan adalah list penantang yang paling kuat.Â
Sebagian orang mungkin akan mentertawai pilihan pertama. Tapi saat ini popularitas dan elektabilitas UAS sedang sangat baik. Apalagi ia juga didukung oleh kekuatan 212 yang menakjubkan. Ketika ulama-ulama pendukung meneriakkan 'Allahu Akbar..!!' di panggung-panggung kampanye, sontak saja kejumawaan  pasangan saingan akan melorot drastis seperti melorotnya tiang proyek anu. Perolehan suara 61 persen akan tercapai dalam satu putaran. Adapun pasangan Prabowo Subianto-Anies Baswedan, perolehan suaranya hanya sekitar 52 persen. Tapi kalau pihak PDIP tetap memasang cawapres dari kalangan sendiri, maka kemenangan telak akan makin mudah diperoleh.Â
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menyiapkan regu saksi pencoblosan yang militan, handal dan pandai serta menguasai bidang yang dihadapi. Mampu mengantisipasi dan mengatasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Juga harus terjamin loyalitasnya.Â
Saksi yang paling krusial digembleng adalah saksi setingkat desa. Ia harus mampu mendidik kemampuan dan menjaga kedisiplinan para saksi TPS. Bila perlu sholat pun diqodho besok hari jika tidak ada saksi lapis kedua yang terpercaya.Â
Sudah, cukup dua hal itu saja yang paling penting. Yang lainnya tinggal diatur bagaimana baiknya.Â
Ingat, jika dua poin krusial di atas tidak dipenuhi, maka akan amat sangat sulit untuk mengalahkan calon incumbent.Â
We'll see soon enough.Â