Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Cerita untuk Elsa

12 September 2020   18:30 Diperbarui: 12 September 2020   18:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mataku tertumbuk ke seorang lelaki usia sekitar enam puluh tahunan yang sibuk mengatur anak buahnya melayani tamu yang ramai. Wajah dari masa lalu yang sungguh kukenal.

"Pakcik! Pakcik Ramli!"

Lelaki itu menoleh ke arahku. Bingung. Aku mendekat.

"Siapa anak muda ni?"

"Tak ingat Pakcik?"

Ia menggeleng.


"Ardi, Pakcik."

"Allaahuakbar. Ardi...!" suaranya setengah berteriak.

Dipeluknya aku erat. Diusapnya kepalaku. Diciumnya keningku. Cerah nian wajahnya berhiaskan tawa yang lepas. Terasa tebal betul rindunya kepadaku.

Diajaknya aku ke lantai dua. Rupa-rupanya luas kedai ini.  Di lantai dua itu masih ada beberapa meja yang kosong. Pakcik Ramli menunjuk salah satu meja.

Kamipun saling bertukar cerita. Aku bercerita sejak mula aku meninggalkan Kijang hingga kini datang untuk membuka bengkel. Pakcik pun bercerita panjang lebar. Terutama kisah kedai prata kecil miliknya yang kini sangat maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun