Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Stasiun Patah Hati

26 Mei 2023   09:35 Diperbarui: 26 Mei 2023   09:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku memesan kroisan dan segelas susu, sementara dia mengambil roti beef dan kopi. Dia memakan lahap, sedang aku mengginggitnya perlahan seperti menelan kenangan.

Masih banyak waktu! Ucapnya ketika santapan kami usai.
Mmm..

Aku tak mengedip masih terhanyut waktu mundur, memandangi orang-orang yang bersliweran, orang-orang yang diburu kepergian, masih sama seperti dulu. Stasiun kereta ini masih seperti setahun lalu, lanskapnya, orang-orangnya, bahkan aroma asap, besi dan bau masakan saji cepat di sisinya. Semua masih sama, tapi lelaki di sampingku sudah berganti. Seorang lelaki tegap yang lembut dan destini.

Tapi stasiun ini membalikkan kenangan semacam luka, ketika cinta lama bertarung dengan cinta baru, mungkinkah? Malam berjalan sepeti terhuyung mendekati tepi waktu, dia mengalihkan jam di tangan.

Aku akan menukar tiket! Katanya mantap.
Mmm.. Aku merasa tidak antusias dan menghindari matanya. Pria tampan itu bangkit dan membelai pipiku dengan punggung tangannya, lalu melangkah keluar mencari peron.

Tinggal aku sendiri di meja kafe, seperti terperangkap pesona silam. Satu tahun lalu. Kenapa aku membuat hatinya patah dan hatikupun rusak. Aku jadi terliput rindu berada di tengah-tengah, diantara lelaki belakang dan lelaki depan.

Beruntung kita dapat dua tiket terakhir! Tiba-tiba lelaki itu sudah berada di sampingku. Membikinku gugup melihat tiket baru di genggamnya.
Masihkah waktu tersedia? Tanyaku masih terbeku di bangku kafe.

Pria ganteng itu tertegun, barangkali dia merasa aku segan-seganan dengan rencana ini, menuju kota kecilku dan melamarku di rumah orang tuaku. Dia menatap ku sementara aku menghindari matanya.
Dan aku kembali mendengar deja vu satu tahun lalu dari bibir lelaki itu.

Apakah kau tidak akan pernah mencintaiku? Lelaki indah itu berkata.

Lagi aku menjawab dengan dengan kebohongan lagi, kurasa kepalaku menggeleng perlahan. Aku juga menjatuhkan mataku ke lantai dan aku merasakan rasa sakit lelaki yang luar biasa kembali, tepat setahun yang lalu, sementara aku merasa akan mati untuk mengatakan kebenaran kepadanya.

Diantara pandangan lintas stasiun di uar kedai kafe, pria itu mengangkat bagagenya dan meninggalkanku dengan langkah lesu.
Aku membiarkannya pergi untuk menyempurnakan rasa luka yang datang kembali, sama seperti setahun lalu, kesedihan, kehancuran dan hati patah, suatu rasa yang begitu aku rindukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun