Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membaca Luna

28 Januari 2023   20:13 Diperbarui: 28 Januari 2023   20:14 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Hati rapuhku berderak  ingin melihat raga terakhir Luna, seperti apakah dia? Apakah masih secantik di keperakan usia bayanya kini, aku sering membayangnya, meyakini kecantikan mudanya yang tidak mungkin berganti. Aku mau memandang akhir hayatnya sebagai titik akhirku sendiri nanti di waktuku.
Tanpa udara aku menitikkan kesedihan.

Berlalu beberapa jam aku mencoba menghubungi Bre tapi tanpa nada sambung, sekali, dua, hingga beberapa kali, nomornya menjawab dengan suara mesin yang sama, sehingga aku merasa begitu terasing. Ada apa dengan Bre?

Lalu pagi berubah petang, Bre tetap tak bisa menjawab seperti lenyap di pekat rimba, dan ini menyeretku ke hati yang lebih patah.

Bre sobatku, dimana jenasah Luna bisa ku kunjungi? Begitu ku ketuk screen, namun hanya contreng satu kelabu. 

Hal ini membuatku kelu dan desperate sementara hari merujuk ke malam. Akupun bangkit dari bangku pedestrian, meninggalkannya kosong juga membawa hati yang kosong melangkah pulang.

Hingga esok terbit, tak juga sepotong jawaban dari bro Bre, demikian hubungan telepon tak lekang terhubung, membikin hariku putus harapan untuk menampak sekilas akhir paras Luna di ujung kepergian.

Dan hari berganti meski lambat, aku pun masih setia menunggu bangku pedestrian di usia yang menjalar tanpa catatan, hanya kenangan yang terputus bersama Luna di tahun muda. Kabar dari teman Bre juga tak kunjung hadir dan aku sudah tak lagi berharap dan memupuskannya saja.

Hingga hari ke sembilan puluh setelah kepergian, di saat aku terbungkuk di kursi lengkung biasanya, pesan di ponselku menotifikasi dan aku mengusapnya yang perlahan membacanya.

Telah meninggal rekan kita Brewardane, pagi ini, akan dimakamkan di kota Sepi esok siang setinggi matahari.

Aku terhenyak membaca pesan lelayu, sekarang hari Bre pulang, sehabis belum genap seratus hari kepergian Luna. Kepergian dua ini cukup memukul hingga ke paling dalam segala yang ada di raga. 

Bre aku akan pergi mengantarmu! Aku bangkit bergumam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun